Sunday, April 22, 2012

Dari Rickshaw; Becak China menuju Jin Sha Theater

-->
Perjalanan ke China kemarin memang benar-benar membuat saya kangen Indonesia. Dari sudut pariwisata, terus terang saya lebih merekomendasikan Indonesia dibanding China. Indonesia dengan banyaknya tempat yang bisa dikunjungi dan orang-orangnya yang ramah, emang patut buat dijadikan objek wisata.
Acara jalan-jalan ke Beijing dua pekan lalu itu memang acara kantor. Kantor kami memang rutin mengadakan acara outing ke luar negeri. Tahun ini tempat yang dikunjungi adalah Beijing – China. Kami berangkat Selasa malam, tepatnya tanggal 3 April dengan menggunakan pesawat Garuda Indonesia dan memakan waktu tujuh jam untuk sampai di Capital Airport – Beijing. 
 Passport, Itenerary, Panduan Bahasa Mandarin Dasar
-->
Ini dia agenda kami di hari pertama:
-Buffet Breakfast - Hutong Rickshaw Tour - Lunch in local restaurant - Hotel Check In (Traders Hotel – Beijing) - Beijing Acrobat Show - Peking Duck Dinner
Terus terang, karena udah pegel di pesawat duduk selama tujuh jam, kami membayangkan sarapan yang menggugah selera. Tapi apa boleh dikata, makanan yang tersaji pagi itu kebanyakan sayuran; kol, timun, tomat, pokcoy, toge, telor rebus, telor asin, jagung rebus, sosis, dan ada satu makanan yang saya tidak tahu itu apa, entah darah (marus) atau daging babi.
Di luar, angin sangat kencang. Suhu udara hanya beberapa belas kalau saya tidak salah. Jadi, jaket tebal dan syal sangat berguna pagi itu. 
 Pemandangan di luar restoran tempat kami sarapan
Dari situ kami menuju daerah kota tua. Di sana kami diajak tur keliling daerah tersebut menggunakan becak atau di sana disebutnya Rickshaw. Kota ini namanya Hutong, jadilah agenda pertama setelah makan tadi diberi nama Hutong Rickshaw Tour.
 Rickshaw
Satu rickshaw cukup untuk duduk dua orang dan dalam beberapa menit kami diajak berkeliling Hutong. Gila! Tukang-tukang rickshawnya edan atau kenapa ya? Mereka membawa kami berkeliling gang-gang sempit dengan kecepatan tinggi! Wow! Sport jantung bener deh waktu itu. Hampir tabrak ini, hampir tabrak itu. Untung cuma hampir (dasar orang Indonesia, masih aja ada untungnya, dalam hal apapun). 
Di suatu tempat di depan danau (atau sungai?) si abang rickshaw berhenti dan langsung bilang ke kami, “Photo, photo”. Dengan nada yang galak dia mengatakan itu dan menyodorkan tangannya ke kami, rupanya dia meminta kamera kami. Untuk sejenak kami ambil gambar di tempat ini, setelah itu kembali berkeliling Hutong. Yihaa...!!! Ngebut lagi!
Becak...Becak...
Biasanya setelah tour, wisatawan diminta untuk memberi tipp 10 yuan kepada si abang rickshaw ini. Tapi hari itu kami gratis karena pihak travel yang membayarkannya untuk kami semua. Yippy!! Tour guide kami, Uncle Shiaw, bercerita, mereka para tukang rickshaw itu digaji pemerintah perbulan 400 – 500 yuan. Dengan gaji segitu, mereka butuh tambahan untuk menghidupi keluarga mereka. Nah, uang-uang tipp itulah yang menjadi sumber tambahan bagi mereka. 
Hutong adalah kota kecil. Saya pikir alasan mengapa kami diajak mengelilingi kota ini adalah karena di daerah ini masih banyak bangunan-bangunan dengan arsitektur khas China seperti yang terlihat di foto.
Saya langsung kebayang Yogyakarta dengan andongnya. Saya tidak tahu apa Sultan punya konsep seperti China ini, menggaji para kusir per bulan untuk mengantarkan para wisatawan keliling Yogya. Dengan cara seperti ini sebenarnya ada dua hal didapat; menciptakan lapangan pekerjaan sekaligus promosi objek wisata.

Setelah itu makan siang. Ah tapi saya lupa hari pertama itu kami makan siang di mana. Yang jelas, setelah makan siang kami kembali ke hotel untuk check in dan diminta kembali berkumpul pukul 03.30 waktu setempat. Selanjutnya kami menuju Jin Sha Theatre, tempat kami akan menyaksikan Beijing Acrobat Show.

 Sebelum nonton akrobat, pose dulu

Sebelum kami masuk ke Jin Sha Theatre, Uncle Shiaw mengingatkan kami untuk segera mencari tempat duduk. Bebas di mana pun, kecuali di deretan tengah karena itu tempat duduk VIP. Well, akhirnya kami buru-buru ‘tek-in’ tempat. Baru saja duduk, kami lihat dua atau tiga orang menjajakan popcorn. Mereka menjual popcorn manis dan asin, harganya 10 yuan. Waktu itu saya pilih yang asin. Masih 40 menit lagi sebelum acara dimulai dan akhirnya popcorn itu jadi teman kami menunggu dimulainya acara. Beberapa orang beli popcorn manis, beberapa lainnya seperti saya, beli yang asin. Ternyata, untuk dimakan dalam jumlah banyak, lebih enak yang manis. So, kalau teman-teman suatu saat berkunjung ke Jin Sha Theathre, saya lebih rekomen popcorn yang manis untuk teman nonton akrobat.
 Jin Sha Theatre(foto milik Safiudin Alwi)
Beberapa di antara akrobat-akrobat yang ditampilkan sebenarnya mungkin sudah pernah kita lihat di televisi. Tapi ya sensenya pasti beda antara menonton di televisi dan menonton langsung. Dari sekian pertunjukkan yang disajikan, saya paling suka sama atraksi ubah wajah. Entah apa namanya. Jadi, hanya dalam sekejap, si penari bisa berganti-ganti wajah (topeng) dengan cepat seperti yang diceritakan di link ini http://www.tribunnews.com/2012/02/04/satu-hentakan-topeng-langsung-berubah-warna.

Salah satu pertunjukkan acrobat
(Foto milik Safiudin ALwi)

Hari pertama kami ditutup dengan Peking Duck Dinner. Tunggu cerita lain dari saya ya!


 

3 comments:

Dihas Enrico said...

WAH KE CHINA...
:)

BECAKNYA ASYIK BANGET TUUH...
PENGENDARANYA JG BERSERAGAM.....

:)

Lidya Fitrian said...

pengemudi rickshawnya cantik :)

Unknown said...

Dihas: iya, pemerintah china mengaturnya sedemikian rupa. terorganisasi dengan baik.

Lidya: Mbak mau jadi penumpangnya? ;)