Tuesday, December 7, 2010

Konvensi 2010 (part 3)

Ini masih catatan tentang ajang penghargaan buat anak-anak berprestasi. Saya tidak akan menguraikan detil acaranya, hanya ingin berbagi tentang apa yang saya pelajari dari acara ini.

Kejadian, Kesan, dan Yang Saya Pelajari:
  1. Hambatan di sesi empat.
    Acara besar ini berlangsung selama dua kali akhir pekan; Sabtu Minggu, Sabtu Minggu. Satu hari terdiri dari dua sesi. Jadi, total ada delapan sesi. Sesi satu kami panitia masih sedikit meraba-raba. Ya, walau sudah bertahun-tahun kami melaksanakan ini, tapi tetap saja, kami harus hati-hati, mengingat ini adalah acara besar.
    Di sesi empat, kami sempat mendapat hambatan. Ini yang saya tahu, salah satu alat listrik di panggung terbakar dan itu menyebabkan matinya sound. Nah, mungkin SOP gedung ini adalah jika ada satu alat listrik yang terbakar, maka semua aliran listrik harus dipadamkan. Alhasil, matilah lampu selama beberapa waktu. Dua menit, lima menit, tujuh menit, sepuluh....total waktu hilang adalah 30 menit. Cukup untuk membuat anak-anak kecil berteriak ketakutan atau berlari-lari kegirangan. Cukup untuk membuat orang tua panik dan sibuk menghubungi anaknya, atau meminta tolong dipanggilkan anaknya, atau mencoba menerobos masuk ke area duduk anak-anak, atau bagi yang berpikir positif, mereka tetap tenang mengikuti petunjuk panitia bahwa sedang terjadi kesalahan teknis dan mereka diminta untuk menunggu. Tiga puluh menit cukup pula untuk membuat beberapa panitia panik dan sang ketua tak dapat berkata-kata, hanya wajah pucat pasi yang dapat saya lihat darinya. Hmmm....30 menit itu memang diisi oleh sedikit tanya jawab kecil oleh MC dan anak-anak. Anak-anak yang mungkin tidak peduli apa yang sedang terjadi. Kami (saya dan banyak panitia lain) akhirnya membantu mengendalikan anak-anak agar tidak berseliweran lari-lari ke sana-sini atau bolak balik minta ke toilet dengan dalih, "Kak, aku mau pipis." Huh....pengalaman seru. Hal yang saya pelajari? Berdoa dulu sebelum acara dimulai ;)
  2. Seorang anak TK B menangis kejer (apa ya bahasa bakunya?), minta ditemani ibunya. Tidak bisa, aturan mainnya adalah anak-anak duduk terpisah dari orang tuanya. Bocah ini, laki-laki, benar-benar takut duduk bersama anak-anak seusianya tanpa ditemani sang ibu. Yang saya pelajari? Terkait dengan poin ketiga di bawah ini.
  3. Di setiap sesi ada beberapa anak yang berdemo. Mereka menunjukkan kemampuan mereka menyelesaikan tugas yang diberikan atau bercerita dalam bahasa Inggris. Anak-anak kecil itu sungguh berani. Saya kagum. Yang saya pelajari, inilah gunanya kita mendidik anak-anak kita berani dan mandiri sedari kecil. Supaya mereka bisa menjadi dirinya sendiri, menunjukkan prestasi mereka, namun harus tetap rendah hati. Saya berdoa, semoga anak-anak saya cerdas dan berani seperti mereka. Amiin.
    Salah satu anak yang menunjukkan kecakapannya


  4. Melepas lelah, kami iseng-iseng foto bersama. Yang saya pelajari? Banyak kerja, banyak berteman, banyak belajar, banyak tersenyum. Pasti awet muda, seperti saya ;)
Banyak kerja, banyak teman, banyak tawa, awet muda

Artis-artis yang gagal diorbitkan, tetap senang di belakang panggung

Di akhir sesi 8, seluruh panitia berfoto, We Can Achieve Higher!

Sunday, December 5, 2010

Puisi-Puisi yang Belum Selesai

Sehelai udara pagi menembus pekatnya batu kali
Gadis-gadis mencuci, laki-laki mengintip
Lalu air dan daun bertanya, "Siapakah kini yang perkasa?"
Ranting tak mau peduli
Dan matahari tahu, ia tak bisa dibodohi
***

Memeluk gelap
Memandang bintang-bintang
Mencumbu angin malam
Menyerap keheningan
Esok bertatap matahari pagi
***

Tenggelam dalam laut-laut emosi
Dan riak-riak manifestasinya
Biarkan beribu tafsir meretas
Memberi warna cakrawala
Seindah spektrum cahaya hati
***