Friday, August 26, 2011

Tentang Suami dan Isteri

Well, karena ada satu urusan, semalem saya pulang sendiri, ga dijemput ramon. Ketemulah saya dengan seorang teman lama. Saling tanya kabar, akhirnya obrolan didominasi oleh topik dewasa; kewajiban suami istri. Eits, kewajiban yang mana nih? Banyak hal, intinya dia ngoceh tentang peran dan tanggung jawab suami dan istri. Mungkin karena dia lebih tua, lebih dulu menikah, lebih banyak pengalaman, jadinya dia seperti ngasih wejangan ke saya.

Satu hal yang terngiang2 sampe pagi ini adalah ucapannya tentang senyumnya seorang isteri kepada suami adalah ibadah. Gitu katanya. Enak kan, senyum aja bernilai ibadah. Katanya lagi gitu. Trus saya nginget2, saya banyakan senyumnya atau cemberutnya ya? Hahahahaa.......

Trus dia juga ngomong tentang betapa beratnya tanggung jawab seorang suami. Kalau suami salah, dia yang berdosa. Kalau istri salah, bukan cuma isteri, tapi suami jg berdosa. Intinya, seperti itulah gambaran tanggung jawab seorang suami kepada isteri.

Tentang istri yang suka nuntut lebih. Nah lho, saya jadi mikir lagi, jadi merefleksikan ke diri sendiri. Tentang istri yang matere hehehehe..... katanya, tuntutan itu juga harus realistis. Jangan sampai suatu tuntutan itu memberatkan pihak lain; isteri memberatkan suami atau sebaliknya. Heee.....saya langsung kepikiran suatu suku yang ceweknya dikenal dengan predikat cewek matere deh hehehe....Ups, saya ga nyebut nama suku lho ya di sini. Kalo ada yang ngerasa, no offense yach. Anyway, saya setuju dengan hal itu. Percuma juga bikin tuntutan yang ga realistis. Alih2 memacu kebaikan nanti malah memicu pertengkaran. Ya nggak?

Nah, trus, tentang kondisi menerima pasangan kita apa adanya. Yang dimaksud apa adanya di sini menurut teman saya adalah bukan saklek mandeg menjadi diri kita apa adanya yang banyak kekurangan, tapi terus memperbaiki diri dari waktu ke waktunya. Setuju banget deh sama yang satu ini.

Terus....terus...terus....saya jadi inget ucapan seorang psikolog terkenal, Sarlito Wirawan. Katanya, dalam mempertahankan rumah tangga itu bukan hanya cinta yang dikembangkan, tapi juga rasa tanggung jawab. Kata Sarlito, cinta dalam suatu rumah tangga paling lama bertahan selama tiga tahun, selebihnya, yang harusnya berkembang adalah rasa tanggung jawab dan komitmen terhadap pasangan dan keluarga. Sarlito juga bilang, walau sudah menikah, masing-masing pihak juga boleh tetap menjadi dirinya sendiri. Beri pasangan kita privasi dan kepercayaan, misalnya dengan tidak menanyakan password email atau akun jejaring sosialnya. Hmm.....tapi kalo pin atm kayaknya harus deh ;p Pasangan tidak boleh mengekang. Jangan buat hal2 kecil menjadi pemicu keributan. Gitu katanya.

Gimana menurut teman2?

Sunday, August 21, 2011

....dari Bintaro...

Di luar rencana, jam delapan malam kami masih di jalan. Padahal kami memperkirakan jam 7 udah di rumah lagi, biar si mbak2 bisa sholat teraweh di musholla deket rumah. tapi ya karena yang kami cari ga ketemu2, plus jalanan macet, jadi kami baru sampe rumah jam 9 kurang. huft,....

masjid2 dan musholla2 memang masih terisi orang2 yang sholat berjamaah, tapi itu ga seberapa. idealnya masjid itu penuh terisi, tapi rupanya orang2 termasuk kami lebih memilih ada di luarnya dengan berbagai alasan. sebagai gantinya, mal2 penuh dipadati orang2 yang sibuk cari keperluan lebaran. miris kan? lebih miris lagi, saya dan suami termasuk orang2 yang ada di dalamnya. astaghfirullah....tahun demi tahun selalu saja seperti itu, menjelang akhir ramadhan, jamaah masjid pindah ke mal.

di perjalanan pulang, saya liat ke pinggir2 jalan. mengapa di mata saya sekarang lebih banyak pemulung berkeliaran? mungkin mereka juga bekerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhan lebaran. sedih ya? sekeras apapun mereka mencoba, tapi tetap saja.....

sepanjang jalan bintaro itu saya lihat lebih dari 10 pemulung, beberapa di antaranya bersama keluarga mereka. di depan sebuah cheese cake shop di daerah bintaro, saya lihat seorang wanita mendorong gerobak, di depannya seorang laki-laki, dan di atas gerobak itu tergeletak dua anak - laki-laki dan perempuan - terlelap. ya tuhaaaan.....

Wednesday, August 17, 2011

Napak Tilas Bandung dan Jatinangor

Terinspirasi dari posting Gaphe yang berjudul Hal Gila, saya jadi pengen nulis ini. Jumat pagi pekan lalu, terjadilah percakapan kecil antara saya dan suami saya. Waktu itu saya udah rapi pake pakean kerja, sementara suami saya masih terlelap.

Saya: "Hon, bangun, Hon, udah hampir jam tujuh, nanti kamu telat."
Suami: "Eh, aku belum bilang ya, hari ini aku ga masuk, ga enak badan."
Saya: "What? Trus aku gimana dong?" Saya pegang keningnya emang panas.
Suami: "Aku anter kamu sampe stasiun ya?"
Saya: "Ya udah deh, boleh."

Habis tu suami saya bangun dan mandi. Keluar dari kamar mandi keliatan segeran.
Suami: "Hari ini aku mau ke Bandung, Hon."
Saya: "Hah, ngapain? Ikut dong!"
Suami: "Liat ......(dia sebut sesuatu untuk mobil) di daerah Margahayu. Kamu ga ada kerjaan di kantor?"
Saya: "Wah, deket tuh dari Jatinangor. Ikut yah? Nanti kita mampir bentar ke kampusku dan kosanku dulu. Aku ga ada yang urgent koq di kantor, minggu depan baru seminggu ga boleh ga masuk. Ikut ya, Hon? Aku kan bisa jadi penunjuk jalan. Yah?"
Suami: "Ya udah, trus kamu bilang apa sama bos kamu?"
Saya: "Ah gampang....Eh, tapi kamu bilang tadi kamu ga enak badan?"
Suami: "Kalo ke kantor ga enak badan, tapi kalo ke Bandung nggak koq, Hon."
Saya: "Ih, nakal"

Ya udah akhirnya hari itu kami berdua sama2 bolos kerja. Niatnya, suami saya ke Bandung itu besoknya, hari Sabtu, tapi entah kenapa spontan aja dia membelokkan rencananya. Lebih gila lagi saya, ikut2an bolos, spontan aja pengen ikut. Jadilah kami ke Bandung dan Jatinangor.

Kami lewat jalur parung, bogor, puncak, cianjur, cimahi untuk sampai ke Bandung. Wuih, menyenangkan sekali rasanya jalan-jalan pagi ke bandung lewat jalur ini. Jalanan relatif sepi, jadi kami bisa menikmati saat-saat santai ini. Nyampe di daerah Padalarang, spontan aja saya bilang ke suami untuk ngunjungin kerabat keluarga saya yang tinggal di sini. Mampir sebentar, trus cabut lagi nerusin perjalanan.

Nah, pas di rumah kerabat inilah suami saya nunjukin alamat yang dicarinya. Hohohoooo.....ternyata bukan daerah Margahayu, tapi komplek Margahayu Permai di daerah Kopo. Hahahaha.....saya langsung ketawain dia yang sok tahu itu. Cari-cari akhirnya saya liat ada gapura dengan satu tulisan, trus dengan PDnya saya bilang ke suami saya, "Hon, tuh dia Margahayu Permainya!" Dengan girang saya menunjuk ke arah Gapura itu. Hehehe...ternyata tulisannya bukan Margahayu, tapi Dirgahayu ;p Gantian suami saya yang ngakak ngetawain saya yang sok tahu ;p

Singkat cerita, sampailah kami di alamat yang dimaksud. Selama perjalanan itu, suami saya beberapa kali terheran-heran dengan cuaca yang panas di daerah Kopo ini.
"Ini Bandung, Hon?" Tanyanya.
"Bukan, ini Bekasi," jawab saya ngasal.
"Oh, pantesan," katanya lagi.
"Ya bukanlah, ini juga Bandung, Hon. Cuma emang daerah sini panas," imbuh saya.
"Yeee....kirain bener ini kita lagi ada di Bekasi?" kata suami saya ngeledek, saya cuma tepok jidat aja deh.
***

Selesai urusan mobil, saya langsung todong suami saya untuk nganter saya ke Jatinangor.
"Dari prapatan Kopo yang tadi tinggal lurus doang koq, Hon. Yah?"
Suami saya karena orangnya asik-asik aja akhirnya dia nganterin saya deh ke Jatinangor.

Sampe di Jatinangor, saya bener2 bingung. Well, sekian tahun ga ke sini banyak banget perubahannya. Tata kotanya, jalan-jalannya, dan terlebih lagi kampus saya tercinta, berubah banget, jadi makin keren!!!! Dan saya pun berhasil membuat suami saya mengakui bahwa kampus saya ini memang keren hehehehe.....

Oya, sebelum sampe di kampus saya ini, kami melewati sebuah institusi pemerintahan yang pada beberapa tahun silam sempat membuat heboh dunia pendidikan dengan beberapa kasusnya. Well, sekarang dan dulu memang beda. Meski di gerbang kampus ini masih berdiri dua praja perempuan dan laki-laki di sisi kanan dan kirinya, ga keliatan lagi kemegahan yang dulu saya pernah liat di kampus ini. Melewati gerbang ini suami saya meletakkan tangannya di sekitar alis memberi gesture hormat. Saya bilang, "Apa2an sih kamu, Hon?" Hmmm.....suami saya ini emang asik banget deh, gokil. Love u so much, Hon!

Lalu kami masuki gerbang kampus saya, kami susuri jalan-jalannya sambil saya mengingat-ingat scene-scene yang pernah ada di jalan-jalan ini. Udaranya masih seperti dulu, sama ketika bertahun-tahun lalu saya menuntut ilmu di sini. Kami lihat muda mudi berpakaian serupa. Ada yang hitam putih, ada yang berpakaian kemeja kotak-kotak, ada yang berjaket hijau. Saya tersadar, ini masanya orientasi mahasiswa baru kepada kampusnya. Saya seperti melihat bayangan diri saya 12 tahun silam.

Sampailah kami di kampus Psikologi, kampus saya tercinta. Ga banyak kata yang bisa saya ucapkan. Saya cuma bisa menyapu seluruh area kampus ini dengan pandangan mata saya. Kanan, kiri, depan, belakang, atas, bawah, semuanya indah. Imaji-imaji masa silam berdatangan. Ingin saya ceritakan semua yang pernah ada di sini dahulu, tapi saya ga sanggup. Ada jutaan cerita tercipta di sini, hingga saya berdiri kembali di sini.

Karena waktu kami terbatas, saya ga sempat ambil gambar kondisi kampus saya. Saya hanya benar-benar menikmati suasananya ketika itu. Dua belas tahun lalu, kali pertama saya menginjakkan kaki di sini. Dua belas tahun yang akan datang saya tidak tahu akan bagaimana. Wallahu a'lam.

Kami lalu pergi, berniat meneruskan perjalanan ke kosan saya dulu. Saya tinggalkan kampus saya dengan kesukaan dan senyuman. Mengingat-ingat kenangan yang pernah ada. Kenangan-kenangan itu indah karena ia tidak bisa terulang.

Sore itu setelah mampir ke kosan saya dan menjenguk ibu dan bapak kosan, kami kembali ke Pamulang dengan damai. Saya dan suami saya sekarang menatap masa depan ;)

*ups, mudah2an bos saya dan bos suami saya ga baca postingan ini ya....

Reuni Kecil Tiga Blogger


Tentang acara Senin kemarin, udah ketebak, pasti yang dateng dikit. Bener aja, kemarin itu jadinya saya cuma ketemu sama Raja dan Aulia. Jadi, ini mah bisa dibilang reuni kecil tiga blogger. La wong kami udah pernah ketemu sebelumnya, tepatnya 9 Januari lalu.

Eh, tapi....tapi....biar cuma tiga blogger yang datang....ga berasa cuma bertiga lho, soalnya kagak ada yang bisa diem, bawel semua hahahaha....

Awalnya kami bingung mau duduk dan makan di mana, tapi singkat cerita akhirnya kami pilih nongkrong di gerai pizza yang mengusung nama (sebut ga ya?) Domi** Pizza. First impression saya tentang tempat ini sebenarnya bingung sih, koq sepi pengunjung ya? sementara tempat makan lain di dalam Mal Pejaten Village penuh terisi, koq di sini lowong ya? Kami dengan leluasa bisa milih tempat duduk. Kami pilih nongkrong eh duduk di luar, biar lebih santai gitchu ;)

Karena ini kali pertama kami makan di sini, kami sama2 ga tau mau pesen apa. Saya tanya ke kasirnya menu apa yang favorit di sini? Trus si mbak kasir itu jawab sih tapi saya lupa jawabannya, saya cuma inget ditunjukkin satu gambar pizza yang sering dipesan pengunjung gerai pizza ini. Heee....tapi kami ga pesan itu. Berhubung saya dan Raja beda selera, akhirnya kami masing2 pilih menu sendiri, kami pesan ukuran personal.

Saya pesan chicken, Raja pesan beef. Trus kami ditawari dessert, Raja pilih chocolate muffin, saya pelototin gambarnya...hmmm.....keliatannya enak. Akhirnya saya pesan itu juga. Nah, sekarang giliran pilih menu minuman. Ehm....gmn ya ngomongnya, saya sih kecewa sama pilihan menu minuman di sini. Yang ada cuma soft drink dan air mineral dowang. Ya udin, kami pilih air mineral.

Oya, sebelum kami duduk, pas bayar, si kasir nanya, atas nama siapa? Sebenernya agak bingung juga sih ditanya gitu, tapi ya udah, akhirnya kesebutlah nama Raja. Eng ing eng ternyata ini yang baru kami alami selama seumur hidup nongkrong dan makan di mal. Apa tuh? Jadi cara gerai pizza ini melayani pelanggannya tidak dengan mengantarkan makanan yang udah kami pesan, tapi justru memanggil nama si pemesan. Dalam hal ini berarti nama Raja yang dipanggil. Masuklah Raja menghampiri si kasir lalu beberapa detik kemudian whoahahahahaha.....sebenernya saya pengen ketawa ngakak liat dia bawa2 dus pesanan kami xixixiiiiiii.....

Yup, untuk bisa menikmati hidangan di gerai pizza ini, setelah memesan menu yang dipilih, pengunjung duduk dan tunggu giliran namanya dipanggil. Habis itu datengin deh tuh counter kasir dan ambil pesanan kita. Bawa deh tuh makanan2 itu ke meja kita, baru deh silakan dinikmati ;) Untuk bawa dus2 kecil pizza ini, mereka ga ngasih nampan, jadi coba deh temen2 bayangin Raja bawa dua dus pizza ukuran personal, dua dus tempat makanan pencuci mulut, dan dua botol air mineral.

Heee....tapi kami ga ambil pusing, setelah sama2 komen ttg cara penyajian di sini, kami langsung melahap makanan kami masing2. Alhamdulillah ya *gaya sharini, ternyata rasanya enak bo! Baik pizza maupun muffinnya enak! Untuk ukuran rasa, recommended deh menu di sini. Cuma ya itu, cara penyajiannya aja yang lucu.

Oya, sebelumnya emang baru ada saya dan Raja, Aulia dan suaminya masih di jalan. Nah, pas akhirnya datang bu Aul ke tempat ini, xixixiiiiii....dia ngalamain hal yang sama. Pesan, duduk, tunggu nama dipanggil.....pokoke kayak di dokter aja deh. Setiap pelayan meneriakkan nama pemesan, saya berasa lagi di dokter. Dan tau efeknya buat si pemesan? Efeknya muka kami jadi lucu. Setiap ada nama yang disebut sama pelayan, saya dan Raja sama2 ngakak liat mukanya Aulia yang harap-harap cemas dan mupeng karena lapar hahahahahaaa.................

Ngobrol, ngobrol, ngobrol, akhirnya udah jam 8 lewat, hampir setengah sembilan. Bubarlah barisan. Malam yang menyenangkan. Walo cuma ada tiga blogger yang ketemu, tapi rasanya bertiga belas deh. Rame banget gila!

Saya ga pernah nyangka dunia ini bisa membuat lingkaran baru pertemanan. Saya ga pernah nyangka bisa punya teman2 menyenangkan dari dunia blog ini.

Saran untuk acara berikutnya, kayaknya kalo nanti2 ada acara kopdar lagi, baiknya yang ngundang Gaphe deh. Dijamin pasti banyak yang datang ^_^

Sunday, August 14, 2011

Bangku-Bangku Kenangan

Bangku-bangku itu tak melepaskan pandangannya dariku
Mereka seperti keheranan, siapa gerangan aku?
Tanah yang kuinjak kemarin pun mengejutkanku
Dengan sentuhan telapaknya di mata kakiku
Mereka seolah-olah bertanya, "siapa dirimu?"

Papan bertuliskan satu nama jurusan bersiap siaga
Seolah-olah aku hendak mengganggu kenyamanannya
Seluruh jendela bangunan yang ada terlihat bingung
Hendak menyapaku atau tidak

Ada lapangan-lapangan tempat muda mudi bermain bola
Ada area tempat kendaraan-kendaraan berteduh beristirahat
Ada pohon-pohon yang berisik dan berbisik
Ada udara pegunungan berpadu sengatan mentari yang hangat

Kembali aku di sini, di suatu tempat penuh kenangan
Ketika buku, pesta, dan cinta pernah meraja di kehidupanku
Ketika bulir-bulir peluh berpadu renyah canda tawa
Semua terangkum dalam satu masa muda

Masih dapat kulihat siapa saja yang biasa ada di sana
Kulihat pula siapa saja yang biasa ada di sini
Kudengar sapaan-sapaan hangat memanggil namaku
Kuterduduk di tempat itu, sekali lagi saat ini

Ya Tuhan, semua terasa indah sangat
Napak tilas ini menjadi penghangat jiwaku kini
Menjadi penyemangatku meraih masa depan
Mendorongku segera berlari meraih mimpi

Dua belas tahun lalu kali pertama kumenapak
Lima tahun lamanya kumenjejak
Mengukir cita dan cinta penuh cerita
Hingga kini kuberdiri menatap langit nan cerah

Dulu, kini, atau nanti
Semua kisah selalu terpatri
Tidak hanya di bangku-bangku kenangan itu
Namun juga di hati

Kulangkahkan kakiku pergi
Meninggalkan ukiran sisa-sisa masa lalu
Kutatap mentari senja, kuhirup udara indah ini
Segera kuberlari, menyongsong pagi

Seberapapun lama kau kutinggalkan
Hatiku selalu ada untukmu

*hasil napak tilas ke bandung dan jatinangor jumat kemarin

Thursday, August 11, 2011

Kopdar Bubar yuks?!

Setelah sore dua hari yang lalu saya ngomel2, sore kemarin alhamdulillah saya ketawa2. Gimana nggak, ngobrol bareng Raja dan Adi Chimenk memang selalu menyenangkan. Ada aja hal yang bisa bikin ketawa, emang dasar pelawak yah? ups...

Terinspirasi dari baca komen2 di postingannya Aulia yang ini, kemarin sore akhirnya saya ajak Raja dan Chimenk conference untuk ngobrolin rencana buka puasa bareng.

Ngobrol, ngobrol, ngobrol, akhirnya ketemulah hari, tanggal, dan tempat. Yup, kami merencanakan kopi darat dengan agenda utama buka puasa bareng hari Senen tanggal 15 Agustus 2011 di Pejaten Village, Jakarta.

Kepikiran untuk ngehubungin beberapa blogger yang ada di Jakarta, tapi berhubung kami ga punya semua kontak blogger2 itu, ya udin, saya posting aja wacana buka puasa bareng ini.

So, buat blogger Jakarta, juga buat blogger luar kota Jakarta yang ada rencana ke Jakarta, atau yang hari itu pas ada di Jakarta (ribet yak?), lewat postingan ini kami undang teman2 untuk ketemuan ya senen depan di Pejaten Village buat buka puasa bareng. Feels free to contact me.... bisa lewat facebook atau email ke rifka.nida@gmail.com.

See you around, friends ^_^

Wednesday, August 10, 2011

Omelan di Sore Hari

Sore yang emosional. Gagal deh dapat nilai puasa optimal. Gimana mau optimal, la wong sore2 saya ngomel2 ;( Ini percakapan antara saya (S) dengan seorang teman dekat (T) melalui telepon.

S: eh, lo tuh ya, maksut lo apaan sih ngomong kayak gitu? Ada yang nyalain kompor bukannya lo matiin apinya, malah lo gedein. kecewa gue sama lo.
T: eh, kenape sih, lo, Rif?
S: kenape? lo tanya kenape? email lo tuh!
T: ah elo, gitu aje pake perasaan. semuanye pake perasaan. ga asik lo!
S: emang kenape kalo pake perasaan? lo aja yang kebo, kagak punya perasaan! dasar kebo!
T: sembarangan, emang kebo ga punya perasaan? punya tau!
S: terus siapa yang ga punya perasaan?
T: Ayam
S: ya udah, dasar ayam lo!
T: udah lah, ga usah diperpanjang, masalah kayak gitu ajah. sayang puasa lo kalo marah2 gitu.
S: denger ya, gue ga marah2! gue cuma mengekspresikan kekesalah gue sama lo berdua, ngerti?!
T: tapi emang bener kan yang gue omongin?
S: bukan masalah omongan lo, tapi cara lo berdua! ga pantes tau kalian ngomong kayak gitu di depan orang banyak!
T: apa bedanya sama gue ngomong di depan orang dikit?
S: ya beda!
T: embe jeung kuda?
S: tolong ya, gue lagi serius!!! pokoknya beda!!!!
T: trus gue musti gimana?
S: kalo emang lo ga suka dengan cara gue, lo ngomong aja langsung ke gue! ga kayak gitu caranya. Temen lo juga tuh, sama aja.
T: ya udah, buat pelajaran lo, Rif.
S: eh, enak aja gue doang, lo juga musti belajar, temen lo juga! percuma dong kalo gue sendiri yang belajar.
T: ya ga percuma, kan lo jadi pintar?
S: aduuuuhhhhhhh............tolong ya, gue bilang gue lagi serius!!!
T: oh, gue pikir lo lagi marah2?
S: au ah, sekarang gue musti gimana neh?
T: ya udah, cuekin aja omongan itu, emang dia orangnya begitu. maklum lah, orang sana kan adatnya emang gitu, cara ngomongnya blak-blakan.
S: tuh kan, selalu ada pemakluman. ga bisa gitu, dia harus tau kalau caranya dan cara lo itu ga baik.
T: ya udah ngomong aja.
S: lah kata lo ga usah diperpanjang? ga konsisten deh!
T: kan lo sendiri yang bikin ini panjang?
S: ah udah ah, cape gue tereak2 kayak gini. pokoknya, sekali lagi gue bilangin ya, cara lo yang ini sama sekali ga bagus! ga ngasih contoh yang baik buat semua. makasih.

Akhirnya telepon itu saya tutup.

Sementara itu, beberapa pesan dari intranet masuk ke kotak chat saya.

"Sabar ya, Bu, sabar...." kata si bapak yang bijak.
"Ka, sabar ya, ga usah ditanggepin," kata si ibu itu.
"Mbak Rif, udahlah.... cuekin aja," hmmm....seorang junior nasehatin saya.
"Hahahaha...Mbak, lo kenapa? Kepancing ya? Udah, cuekin," kata junior yang lain.

Huft, sabar....sabar...akhirnya saya bisa mengendalikan kemarahan saya. Alhamdulillah.

Kadang, di mata beberapa orang, apapun yang kita lakukan selalu saja ada salahnya. Selalu saja ada cacatnya, selalu saja ada kurangnya. Beberapa orang itu mungkin tidak melihat ke sisi lain yang juga ada, tapi lebih fokus ke yang kurang-kurang itu. Beberapa orang itu kadang lupa bagaimana pertama kali kita harus berterima kasih dan selanjutnya mengkritik dengan cara yang baik. Beberapa orang itu mungkin saja termasuk saya.

Jadi, apa yang terjadi kemarin sore memang menjadi pelajaran buat saya. Agar lebih hati-hati berpikir, mengambil keputusan, menyampaikannya, dan menanggapi berbagai reaksi yang muncul karenanya.

Wallahu a'lam.

Monday, August 1, 2011

Aku Memilih, Aku Menerima Konsekuensi

Pagi ini, ada satu kejadian yang bikin saya ingat sebuah film. Judul film itu "Nothing but The Truth." Film tahun 2008 yang bercerita tentang perjuangan dan pengorbanan seorang jurnalis wanita mempertahankan prinsipnya yaitu memegang teguh kode etik jurnalistik.

Wanita ini berusaha mati-matian melindungi narasumbernya. Mulai dari mendapat dukungan suami dan rekan kerja, sampai ia harus kehilangan cinta dan keluarganya, semua tergambar di film ini. Menyedihkan. Gambaran konsekuensi yang harus diterima seorang wanita ketika ia mempertahankan idealismenya.

Ada perbedaan nyata jika kita membandingkan ini dengan dunia laki-laki. Ketika seorang laki-laki mempertahankan prinsip dan idealismenya, dengan serta merta dia akan mendapatkan simpati dan pujian publik. Sebaliknya, ketika perempuan mati-matian membela apa yang dipegangteguh olehnya, ia akan kehilangan segala-galanya terutama cinta dan keluarga.

Di sini pergulatan batin seorang wanita terjadi. Apakah ia akan mempertahankan prinsipnya itu demi sebuah kode etik ataukah ia akan mengabaikannya demi sebuah keutuhan keluarga. Setiap pilihan yang dia ambil ada konsekuensinya. Setiap keputusan yang dia buat ada konsekuensinya.

Pada satu titik jika kita menonton film ini, kita akan menyalahkan wanita ini dan mendorongnya untuk menyerah saja. Di sisi lain, kita benar-benar tidak akan pernah mengerti mengapa wanita ini benar-benar menjunjung tinggi idealismenya, janjinya kepada sang narasumber. Kita tidak pernah akan mengerti karena kita tidak pernah benar-benar berada di posisinya.

Film ini menyuguhkan kehidupan apa adanya seorang wanita karir yang juga memiliki rumah tangga. Ketika ia dimasukkan ke dalam penjara, ketika itulah cinta dan dukungan suami diuji. Jujur, ada satu saat ketika saya benar-benar membenci si tokoh pria dalam film ini, yaitu ketika dia mencampakkan isterinya yang sedang terkena masalah hukum. Ekspresi marah yang ditunjukkan jurnalis wanita ini keren banget. Total! Begitu juga ketika ia merasa sangat terpukul karena ditinggalkan oleh anak satu-satunya. Benar-benar menguras emosi.

Bagi saya film ini menyuguhkan satu pesan sederhana; ketika kita memilih untuk menetapkan satu jalan hidup, ketika itu pula kita menetapkan konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkan karena pilihan itu. Dan sekali kita melangkah, kita ga akan pernah bisa kembali. Perjuangan membela idealisme itu kadang pahit, tinggal kita yang memutuskan sampai batas mana kita mempertahankan idealisme itu. Terakhir, perang batin itu kadang terjadi dan kita alami sendiri, sekali lagi, apapun keputusan yang kita buat, selalu ada konsekuensinya.

Wallahu a'lam.

*dedicated to a friend.... I will surely miss you...