Sunday, February 20, 2011

Scene 8 - 11

Scene 8:
Raisha dan Raihana baru saja tidur. Sepuluh menit menuju setengah sepuluh malam. Kemarin malam, si adik Oshin (Raihana) bahkan baru tidur menjelang pukul sebelas. Hal yang selalu terjadi kalau akhir pekan atau libur atau kalau saya cuti. Sudah bisa dipastikan tidur siang mereka sedikit dan malam pun mereka tidur larut, lewat dari waktu biasa mereka tidur. Ya, kalau hari kerja, pukul tujuh empat lima saya sampai di tumah, mereka sudah terlelap. Anak-anak, mereka berusaha mendapatkan perhatian orangtuanya semaksimal mungkin dan untuk ibu-ibu bekerja seperti saya, perhatian maksimal yang bisa kami berikan ya di akhir pekan. Benar, itu konsekuensi saya yang memilih bekerja di luar rumah.

Scene 9:
Siang ini ketika anak-anak tidur, saya ke dapur. Memperhatikan kondisi dapur, mengecek persediaan logistik seperti minyak, terigu, mie, gula, kopi, dan kawan-kawannya, memeriksa penghuni kulkas, dan memperhatikan detil peralatan dapur saya. Huh, lagi-lagi saya harus menarik napas panjang, saya lihat sodet saya belum bersih dicuci oleh si mbak. Ini bukan kali pertama. Susah sekali menanamkan sense of belongingness kepada mereka; dua pembantu saya yang sekarang. Alih-alih menunjukkan sodet itu ke mereka, saya lebih memilih membersihkannya sendiri. Sekali, dulu, saya pernah punya pembantu yang resik (bersih), dia cepat menikah. Satu setengah tahun dia ikut saya dan kini sudah menjadi istri pengusaha warteg.

Scene 10:
Mundur ke sesi tadi pagi, sesi rutin saya belanja mingguan di pasar. Tidak ada yang istimewa pagi tadi. Hanya kesan yang sama setiap minggu, selalu ada saja kebutuhan dapur yang naik harganya. Enjoy aja :)

Scene 11:
Kemarin siang sampai sore saya sendiri. Tiga rekan saya yang satu ruangan keluar kantor. Seperti biasa, kalau sendiri, kadang saya setel lagu-lagu yang ada di PC saya, sekadar membuat suasana tidak sunyi. Ketika sedang asyik saya bekerja dengan data-data, diiringi musik Mr. Big, masuklah juragan kantor ini, menyapa say, "Rifka San", lalu duduk di kursi yang disediakan di depan meja saya, mengajak berdiskusi tentang satu hal. Hilanglah sudah kenikmatan sejenak mendengarkan Mr. Big melantunkan "Nothing but Love", berganti suara merdu sang juragan menyajikan satu topik diskusi yang cukup. Cukup apa silakan Anda lanjutkan sendiri. Setelah sekitar duapuluh menit kami berbincang, keluarlah dia dari ruangan ini. Lalu saya berdiri, memandang ke luar jendela. Pukul setengah enam, lalu lintas padat merayap. Langit belum gelap, masih ada lembayung mega terlihat. Benar-benar sore yang indah.

Saturday, February 12, 2011

Satu Tahun Raihana

Buka kadonya, Dik!

Kamis, 10 Pebruari 2011. Satu tahun Raihana Mumtaza Najma Diaz.
Doa kami, semoga kau menjadi anak sholihah, sehat, cerdas, kuat, berguna bagi agama dan masyarakat. Yang terbaik untukmu, Nak, Raihaha, Oshin, Adik Rai.
Kami menyayangimu.

Doa untuk si Oshin

Monday, February 7, 2011

Reuni Kecil

Acara tanggal dua Pebruari tapi baru diceritakan sekarang.

Malam yang benar-benar indah. Di antara selimut kekesalan saya yang tebal dan kemarahan saya yang besar karena sesuatu hal di kantor, ternyata masih ada keindahan dan kesenangan yang saya rasakan. Alhamdulillah. Malam itu, saya bertemu teman-teman lama. Teman-teman satu kelas di kelas 1-6 SMU Negeri 35 Jakarta. Tentu saja tidak semua ada, total ada 11 orang (termasuk saya) yang datang ke reuni kecil ini, tapi, benar-benar menyenangkan!

Berdiri dari kiri ke kanan: Ferdis, Petho dan Petho Junior, Ernest, Pupah, Teddy, Saya, Yuanita, Ridho. Duduk dari kiri ke kanan: Iin, Anne, Andini, yayangnya Ridho.

Bertempat di Sky Dining Plaza Semanggi, malam imlek itu kami saling bertukar cerita dan tukar-tukar yang lainnya, termasuk tukar kado. Ya, untuk acara ini saya usulkan untuk membawa bingkisan murah meriah, tidak lebih dari Rp20.000, dibungkus koran. Hasilnya, malam itu saya dapat oleh-oleh dari Kalimantan. Tentang tukar kado ini, sebenarnya saya dapat tumbler, bisa saya gunakan di kantor. Tapi malam itu, Ridho yang datang terakhir, pun membawa bingkisan. Karena sudah tidak ada lagi yang bertukar kado, akhirnya tanpa mengurangi rasa hormat kepada si pemberi tumbler, saya bilang ke Ridho, "Ya udah, Dho, lo tukeran aja sama kado yang gue dapet, tapi udah dibuka bungkusnya." Kata Ridho, "Ga apa2, daripada gue bawa balik lagi nih kado." Dan jatuhlah tumbler itu ke tangan Ridho, saya mendapat kaos merah. Makasih ya teman; Ridho dan pemberi tumbler.

Ada Iin yang berubah banget dari waktu kelas satu dulu, dia jadi (tambah) cantik. Anne sekarang yang berjilbab. Andini, ibu funky yang anaknya sekarang udah sekolah. Ridho yang, ya ampuuuunnnn....masih sama seperti dulu, lelet (pis ah, Dho), dengan bermacam-macam alasannya, dialah yang datang terakhir di reuni ini. Yuanita (Nita) yang masih cantik seperti dulu, dia sukses dengan usahanya. Teddy yang pegawai bank, kalau ingat dia dulu...wah...kocak! "Ingat kan, Ted, cerita lo sama guru fisika?" Pupah yang kini, juga berjilbab, makin terlihat anggun. Ernest dan Petho, dua sejoli dari kelas kami, membawa jagoan mereka. Dan terakhir, Ferdis, manajer sebuah perusahaan ritel besar.

Malam itu saya benar-benar senang. Rencana awal saya pulang pukul 20.00 alias jam delapan malam, tapi udah ketebak, ga bisa ;) Saya baru beranjak dari tempat duduk resto tempat kami makan, lepas dari pukul 21.00, artinya sudah lewat jam sembilan malam. Turun dari Sky Dining dan menjelang setengah sepuluh malam akhirnya saya dapat taksi dan meluncur kembali ke peraduan. Karena malam itu (dari siang sebenarnya) macet banget, jam sebelas lewat lima saya baru sampai di rumah.

Senang bertemu dengan kalian, teman-teman! Sampai ketemu lagi ya!!!

Tuesday, February 1, 2011

Alam, Aku

Aku air, aku kokoh
Aku angin, aku jahat
Aku batu, aku lembut
Aku gunung, aku sederhana
Aku tanah, aku sombong
Aku langit, aku dipijak
Aku kaca, aku kuat
Aku api, aku rapuh
Aku laut, aku tenang
Aku carbon, aku mati
Aku kaktus, aku sumber
Aku poros, aku melompat
Aku pegas, aku berputar
Aku cinta, aku perkasa
Aku dinding, aku mendengar
Aku benalu, aku bermanfaat
Aku matahari, aku meneduhkan
Aku padi, aku tegap berdiri
Aku ilalang, aku menghilang
Aku pasir, aku berisik
Aku badai, aku menyejukkan
Aku petir, aku penuh pesona
Aku halilintar, suaraku tak terdengar
Aku pergi, aku hilang
Aku datang, aku hilang
Aku kembali, aku hilang
Alam, Aku