Saturday, June 11, 2011

Nasionalisme Tujuh Kurcaci


Adegan demi adegan masih tergambar jelas di benak saya. Bait demi bait kalimat dialog masih terngiang-ngiang di telinga saya. Percakapan biasa, antara putri salju dan tujuh kurcaci, dalam pencariannya akan pangeran pujaan, di Indonesia.

Itulah sedikit gambaran mengenai operet yang kami suguhkan kepada peserta konferensi di Bali pekan lalu. Peserta adalah asosiasi perusahaan kami dari beberapa negara asia oceania. Dalam operet itu, kami memperkenalkan beberapa kebudayaan Indonesia yang sebagian besar melalui tari-tarian daerah.

Tidak seperti biasanya, tujuh kurcaci yang menemani putri salju malam itu mengenakan pakaian-pakaian adat daerah-daerah di Indonesia. Masing-masing mereka mengenakan pakaian adat Melayu, Jawa, Betawi, Bali, Makassar, Kalimantan, dan Papua. Saya yang kali ini bertindak sebagai kru properti dan make up artis, mengikuti operet ini sejak awal latihan, tergugah rasa nasionalisme saya.

Betapa tidak, meski lahir dan besar di bumi pertiwi, hanya sedikit yang saya tahu tentangnya. Kemarin, para kurcaci itulah yang memperkenalkan kembali keanekaan dan keanggunan bumi kita tercinta ini.

Masing-masing kurcaci ini mengantarkan sang putri ke tujuh daerah di Indonesia. Secara tidak langsung, kurcaci-kurcaci ini menunjukkan keunikan masing-masing daerah yaitu antara lain melalui tari Saman, tapi Yapong, tari Kipas, tari Satria Brasta, dan satu lagi tarian khas daerah Papua, saya lupa namanya ;)

Lalu, hal spesifik apa yang membuat rasa nasionalisme saya tergugah? Pertama, multimedia yang mengiringi pertunjukkan operet ini. Di video yang ditampilkan sebagai pengiring para artis masuk dan memainkan perannya, ditampilkan gambar berbagai macam hal yang khas daerah tersebut. Wuih....di kesempatan pertama latihan, saya merasakan rambut-rambut halus di tangan saya berdiri. Merinding. Dari multimedia tersebut saya merasakan betapa besarnya Indonesia.

Kedua, ketika saya harus mengurus properti yang dibutuhkan para artis. Karena ini memperkanalkan budaya Indonesia melalui pakaian dan tarian daerahnya, otomatis saya bersentuhan dengan kostum-kostum para pengisi acara. Ketika memilih-milih baju, kembali, saya merasakan kekaguman yang luar biasa kepada tanah air kita ini. Ada banyak sekali baju daerah yang kita miliki. Bahkan, karena urusan baju ini pula sempat terjadi sedikit masalah antara kami (seksi properti) dan pemeran kurcaci dari Papua. Lho, masalah apa? Ya, teman saya yang berperan sebagai kurcaci Papua ini tidak mau mengenakan baju adat Papua. Tidak mau! Pokoknya tidak mau! Begitu katanya.

Teman-teman tahu apa yang membuat dia tidak mau mengenakan baju adat tersebut? Yup! Pasti karena dalam pikirannya baju adat Papua adalah koteka. Memang benar, koteka adalah pakaian adat dari sana. Tapi, ada satu hal yang mungkin teman-teman belum tahu. Ternyata Papua juga memiliki satu baju adat lain. Modelnya mirip dengan baju adat Dayak, hanya saja ciri khasnya beda, baik dari warna maupun dari ornamen. Sayang, di foto yang saya unggah di atas tidak terlihat baju adat Papua ini. Tapi, intinya, dari sini saya sadar, kita orang Indonesia memang masih sedikit saja tahu tentang Indonesia.

Mengenai kostum ini, masih ada hal menarik bagi saya. Ini kali pertama saya mengurusi orang-orang mengenakan beberapa pakaian daerah. Yang tersulit bagi saya malam itu adalah memakaikan dan mendandani MC dan kurcaci dari Bali. Karena acara ini diadakan di Bali, MC mengenakan pakaian Bali pula. Agak rumit, tapi menyenangkan membantu mereka berdandan.

Dari pentas ini, saya baru tahu bahwa tari Satria Brasta itu keren banget! Tarian ini merupakan satu rangkain cerita. Jika kita mengikutinya secara seksama, kita akan merasakan emosi dari setiap gerakan itu berbeda. Emosi kita akan terbawa oleh tangan, kaki, dan tubuh para penari ini menjadi suatu fluktuasi yang tidak terkira. Saya tidak menyangka sedemikian hebatnya budaya kita ini.

Lain lagi tari Kipas. Melihat tarian ini, saya terpesona dengan warna-warni cerah yang disuguhkan para penarinya. Gerakan demi gerakan terlihat anggun. Saya pun berdecak kagum dengan kebudayaan kita yang satu ini. Betapa tiap daerah di Indonesia memiliki keunikan masing-masing.

Satu hal lagi yang menarik perhatian saya adalah tarian dari daerah Papua. Kontras dengan tari Kipas, tarian ini benar-benar menggugah semangat juang. Hentakan-hentakan kaki para penari disertai teriakan khas mereka membuat kita bangun dan memusatkan pandangan mata kita ke mereka. Ya, saya tergugah, betapa hebat negeri kita ini!

Mengikuti pentas ini dari awal sampai akhir, menjadi bagian dari pertunjukkan ini, sejak persiapan sampai dengan selesai, membuat saya semakin mencintai negeri sendiri. Seperti perasaan yang saya rasakan ketika berada di negeri asing, kala itu saya benar-benar rindu Indonesia. Sebab, meski saya berada di dalamnya, saya tidak tahu banyak tentangnya. Sekarang, saya pikir, tidak ada alasan lagi bagi kita orang Indonesia untuk tidak mencintai negeri kita sendiri.

Pentas di Bali kemarin baru menyuguhkan sedikit dari sekian banyak hal yang kita miliki. Namun yang sedikit itu mampu membangkitkan rasa nasionalisme saya. Kalau tujuh kurcaci bisa mengenal Indonesia dengan baik, mengapa kita tidak? Mari kita bersama berseru, "Saya orang Indonesia, saya cinta Indonesia!"



8 comments:

Muhamad Ratodi said...

media sangat dibutuhkan ya mbak dalam mengenalkan budaya indonesia yang terserak dan tercecer secara konsisiten kepada semua generasi...

coba ada ya acara tv yang konsisten menyiarkan budaya2 itu ditambahin dengan penjelasan dan latar belakang historisnya...

makasih dah dibuat melek mbak :)

rabest said...

waaaahh..unik banget mbak operetnya..nge mix seni indonesia dengan cerita dari luar sana..pasti seru tuh! anyway, saya juga baru2 ini lagi menggebu2 banget masalah rasa nasionalisme, walaupun dalam konteks lain.. :)

Nuel Lubis, Author "Misi Terakhir Rafael: Cinta Tak Pernah Pergi Jauh" said...

i love indonesiaaaa.

Gaphe said...

fotoku nyempil di paling belakang..

maaf ya mbak, blom transfer fotonyaa.. jadi nggak banyak foto disini.

besok deh, kuposting tema yang sama ^^

auliadriani said...

Yang gw nyesel, coba sekalian di akhir dinner ditambahin lagu gelang sipatu gelang, yaa... Biar mati kutu orang yg promosiin Negara penyelenggara Conference tahun depan :( Sebaaalllll !!!

arman rachim said...

saya selalu ingin melihat pertunjukan tari seluruh indonesia.
dengan begitu saya akan selalu sadar bahwa indonesia itu kaya. kaya akan budaya, yang akan membuat saya terus bangga dan membuat saya berteriak saya orang indonesia dan saya cinta indonesia.

selamat untuk bukunya.

Lyliana Thia said...

Salam kenal sekali lg Mba Rifka... ^_^

Begitu besarnya Indonesia dgn beragam budayanya... kalau bersatu padu... membuat rasa nasionalisme bangkit... smpe merinding jg... saking bangganya... mudah2an Indonesia tdk akan terpecah2 lagi... I love my country .:-)

Meta said...

Mbak Rifka.... :)
aku juga seneng banget didandanin sama mbak rifka, endah, teh lina, lidya, juga mbak ika....
hasilnya bagussss banget, krn dr surabaya aku udah ngerasa bingung, dibantuin siapa ya?
Ternyata semuanya helpfull, aku bahagia deh :)