Wednesday, February 5, 2014

Fashion? Zalora Tentunya!

Emak-emak mana yang ga seneng belanja? Coba ngacung! Ga ada kan? Saya yakin semua emak-emak seneng belanja.

Jaman sekarang, belanja apa aja mudah, asal ada uangnya ya hahaha.... Gini, gini, ceritanya saya kan emak-emak dua anak yang juga kerja kantoran. Senin sampai Jumat saya pergi pagi, pulang malam. Namanya Emak-emak, ada aja dong kebutuhannya, salah satunya kebutuhan fashion. Dulu, saya harus make hari sabtu atau minggu saya untuk hunting kebutuhan-kebutuhan itu. Masuk mal satu, keluar mal lain. Blusukan ke pasar yang satu, keluar pasar yang lain. Udah mutar muter ke sana sini, ga dapat juga barang yang dicari. Kadang-kadang, agak mangkel juga sih. Harusnya waktu bisa dipake buat main sama anak-anak, eeeh terbuang percuma.

Nah, tapi sekarang, saya banyak terbantu oleh Zalora What? Siapa tuh Zalora? Kalau mau kenalan, boleh deh, langsung aja meluncur ke sini, rumahnya Zalora. Dalam banyak hal di bidang fashion, Zalora membantu saya memenuhi kebutuhan-kebutuhan saya. Pakaian untuk berbagai kesempatan, bisa saya dapatkan di sini dengan mudah. Ga sembarang barang lho...Zalora cuma jual barang-barang bagus yang udah dijamin kualitasnya. Saya suka kerjanya karena membuat hari libur saya full kepake buat main sama anak-anak. Belanja ini itu, ga perlu lagi meluncur sana sini dan blusukan sini sana. Langsung aja saya meluncur ke Zalora, kapan aja saya bisa. Enak kan? Efisien lho...

Barang-barang yang saya beli dari Zalora juga bagus-bagus. Lagian, kalo ga bagus, ngapain juga saya beli. Iya, nggak? Saya suka disain baju, tas, sepatu, jilbab, aksesoris itu yang simpel dan anggun, dan ini salah satu contohnya (liat gambar), saya dapatkan di Zalora.

Simpel dan anggun, minimalis dan manis :)
Trus, namanya emak-emak, pasti concern juga dong ke masalah harga. Saya kasih tau nih ya, harga barang-barang di Zalora juga bersaing koq. Suer deh! Udah gitu, sistem pembayarannya juga mudah. Ada berbagai opsi cara pembayaran buat kita yang mau bertransaksi di sini. Yang lebih cool lagi, Zalora punya banyak promosi menarik! So, tunggu apa lagi? Semua udah saya ceritain di sini, tinggal Anda meluncur sendiri aja ke sana ya! Ingat, ga usah nunggu weekend buat belanja, Zalora bisa dikunjungi kapan saja :)

Selamat belanja ya!

Monday, February 3, 2014

Generasi Kampung vs Generasi Komplek

Sebelum Anda meneruskan membaca postingan ini, mohon dicamkan bahwa saya ga bermaksud mengaggap salah satu generasi yang saya sebut di atas (judul) lebih baik dari generasi lainnya. Okay?

Baiklah, saya mulai. Saya dan suami saya lahir dan tumbuh di daerah padat di tengah Kota Jakarta. Kalo ga boleh dibilang tau banget, bolehlah kami dibilang tau banyak tentang perkembangan kota ini sejak era 80-an sampai sekarang. Kamilah salah satu contoh generasi kampung yang saya maksud di atas. Sebaliknya, anak-anak kami tumbuh dan berkembang di tengah komplek perumahan di pinggiran Kota Jakarta. Meski mereka lahir di salah satu rumah sakit di tengah Kota Jakarta, tapi tetap saja, saya menganggap mereka salah satu contoh dari generasi komplek.

Memang apa bedanya? Apa juga istimewanya dua generasi ini sampai saya nulis satu postingan tersendiri? Kalo dibilang beda, ya beda banget. Dibilang istimewa, ya istimewa juga karena saya terinspirasi bikin postingan ini gara-gara saya dan keluarga untuk sementara bergabung bersama generasi kampung yang ada di belakang perumahan tempat kami tinggal.

Dua minggu lalu, kami mulai sedikit membenahi rumah kami dan kegiatan bebenah rumah itu mengharuskan kami 'mengungsi' untuk sementara waktu. Yup, di sinilah kami sementara mengungsi, di kampung belakang rumah kami.

Que Sera Sera...bebenah rumah.

Ada banyak cerita pastinya dan kalau saja semua cerita bisa diwakili gambar, pasti penuhlah instagram saya :) *ganyambung. Yang paling menonjol dari kehidupan di sini adalah toleransinya. Sebagai penghuni salah satu rumah petak di sini, saya harus punya toleransi yang tinggi terhadap apa yang terjadi di sekeliling saya. Misalnya, ketika meteran listrik tetangga saya bunyi terus sepanjang hari karena pulsanya hampir habis sementara saya lagi nyut-nyutan sakit kepala karena sakit gigi, fyuh, luar biasa deh! Selain itu ada banyak hal juga yang saya ubah selama tinggal di sini, demi menjaga stabilitas rukun tetangga :) 
Hayooo...rumah yang saya kontrak yang mana?
Terlepas dari itu semua, saya pribadi dan anak-anak juga senang tinggal di sini. Gimana nggak, anak-anak jadi lebih sering jajan karena tetangga kami di sini buka warung jajanan :) hehhee.... bukan karena itu aja sih. Di sini, mereka lebih dekat ke tempat mengaji. Jadi, selama di sini mereka pergi dan pulang sendiri untuk mengaji. Mereka ga tau aja tuh si mbak pengasuh mereka ngikutin kalo mereka berangkat ngaji dan ngawasin mereka kalo udah waktunya pulang ngaji. Mereka bangga banget deh bisa pergi pulang sendiri. Berasa udah gede Kali ya hahahhaa.....:)

Balik lagi ke istilah generasi kampung dan generasi komplek. Generasi kampung biasanya menghabiskan masa kecilnya dengan banyak main bersama teman-teman sekampungnya. Paling nggak, mereka kenal dengan teman-teman sekampung mereka. Beda dengan generasi komplek, mereka menghabiskan sebagian besar waktu mereka di institusi formal seperti sekolah dan berbagai tempat kursus. Para orang tua generasi kampung biasanya saling kenal. Generasi komplek? Sebagai gambaran, saya pernah mewawancarai seseorang yang ternyata tetangga saya sendiri, cuma beda beberapa blok doang. Saya juga pernah mendapati dua di antara para peserta training saya adalah tetangga saya, salah seorang di antaranya juga tinggal beberapa blok doang dari rumah saya. Well, mungkin saya aja kali ya yang ga gaol. Tapi begitulah gambarannya, senin sampai jumat kami warga komplek pergi pagi dan balik lagi ke rumah malam hari. Sabtu minggu cape', kebanyakan dipake buat istirahat atau buat main sama anak-anak. Pertemuan warga sekali dalam sebulan, jarrrraaaang banget kami ikuti. Alhasil ya cuma tetangga satu blok aja yang kami kenal banget.

Karena ga semua perlengkapan rumah tangga kami bawa ke rumah petak di perkampungan ini, kami belajar menyiasati keadaan dengan fasilitas yang terbatas. Kami belajar dan mengajarkan anak-anak bertoleransi, misalnya ketika mereka ribut berteriak-teriak atau gedombrangan sementara di rumah sebelah rumah yang kami tinggali ada bayi yang sedang tidur pulas. Kami juga belajar ikhlas dari tetangga kami, terinspirasi dari si babeh yang rajin banget ngebersihin teras rumah orang-orang di sini, termasuk rumah yang kami tinggali. Belajar saling membantu juga dari pertolongan tetangga yang ngangkatin jemuran kami ketika hujan turun dan si mbak lagi nganter anak-anak ke tempat les piano mereka.

Sebagai generasi kampung, kami belajar dan mengajarkan anak-anak kami itu semua.

Monday, January 6, 2014

Salah Satu Momen Penting Raisha; Tes Masuk SD

Momen berkesan pertama di tahun 2014 adalah Sabtu kemarin, 4 Januari, ketika Raisha mengikuti tes masuk Sekolah Dasar (SD) di sebuah sekolah di lingkungan perumahan kami. Akhirnya, saya ngalamin juga momen itu. 

Lain dulu lain sekarang. Beda banget emang, dulu, anak-anak masuk SD mah masuk aja. Orang tua tinggal daftar, isi formulir, bayar uang pangkal, kasih dokumen2 persyaratannya, masuk deh. Sekarang, pake ada tesnya segala. Walaupun untuk pemetaan, tapi kayaknya kasian aja ngeliat anak kecil dites2 kayak gitu. Itu pendapat kalo ngikutin hati kecil saya sebagai orang tua. Tapi, kalau diliat dari kacamata seorang profesional, ga ada salahnya juga sih memetakan dulu kemampuan dan kepribadian anak. Mungkin sekolah punya tujuan yang kita ga tau, misalnya untuk membuat distribusi siswa yang merata di setiap kelasnya. Wallahu a'lam.

Tes dimulai pukul 8 dengan tiga materi yang dites, yaitu tes psikologi, tes keagamaan, dan tes akademik. Macam2 emang tingkah anak2. Ada yang baru masuk ruang kelas udah nangis, ada yg di tengah2 pengerjaan tes psikologi ngambek ga mau ngerjain, trus nangis dan minta keluar, dan sebagian besar lainnya bisa menyelesaikan semua materi tes itu. Alhamdulillah...walo pas selesai mukanya keliatan cape', tapi Raisha termasuk yang bisa menyelesaikan semua. 

Pengumumannya Sabtu depan. Ga sabar mau liat hasil pemetaan sekolah atas diri Raisha. Ini foto Raisha waktu duduk di ruang kelas untuk tes psikologi.

Cape' ya, Kak?