Well, karena ada satu urusan, semalem saya pulang sendiri, ga dijemput ramon. Ketemulah saya dengan seorang teman lama. Saling tanya kabar, akhirnya obrolan didominasi oleh topik dewasa; kewajiban suami istri. Eits, kewajiban yang mana nih? Banyak hal, intinya dia ngoceh tentang peran dan tanggung jawab suami dan istri. Mungkin karena dia lebih tua, lebih dulu menikah, lebih banyak pengalaman, jadinya dia seperti ngasih wejangan ke saya.
Satu hal yang terngiang2 sampe pagi ini adalah ucapannya tentang senyumnya seorang isteri kepada suami adalah ibadah. Gitu katanya. Enak kan, senyum aja bernilai ibadah. Katanya lagi gitu. Trus saya nginget2, saya banyakan senyumnya atau cemberutnya ya? Hahahahaa.......
Trus dia juga ngomong tentang betapa beratnya tanggung jawab seorang suami. Kalau suami salah, dia yang berdosa. Kalau istri salah, bukan cuma isteri, tapi suami jg berdosa. Intinya, seperti itulah gambaran tanggung jawab seorang suami kepada isteri.
Tentang istri yang suka nuntut lebih. Nah lho, saya jadi mikir lagi, jadi merefleksikan ke diri sendiri. Tentang istri yang matere hehehehe..... katanya, tuntutan itu juga harus realistis. Jangan sampai suatu tuntutan itu memberatkan pihak lain; isteri memberatkan suami atau sebaliknya. Heee.....saya langsung kepikiran suatu suku yang ceweknya dikenal dengan predikat cewek matere deh hehehe....Ups, saya ga nyebut nama suku lho ya di sini. Kalo ada yang ngerasa, no offense yach. Anyway, saya setuju dengan hal itu. Percuma juga bikin tuntutan yang ga realistis. Alih2 memacu kebaikan nanti malah memicu pertengkaran. Ya nggak?
Nah, trus, tentang kondisi menerima pasangan kita apa adanya. Yang dimaksud apa adanya di sini menurut teman saya adalah bukan saklek mandeg menjadi diri kita apa adanya yang banyak kekurangan, tapi terus memperbaiki diri dari waktu ke waktunya. Setuju banget deh sama yang satu ini.
Terus....terus...terus....saya jadi inget ucapan seorang psikolog terkenal, Sarlito Wirawan. Katanya, dalam mempertahankan rumah tangga itu bukan hanya cinta yang dikembangkan, tapi juga rasa tanggung jawab. Kata Sarlito, cinta dalam suatu rumah tangga paling lama bertahan selama tiga tahun, selebihnya, yang harusnya berkembang adalah rasa tanggung jawab dan komitmen terhadap pasangan dan keluarga. Sarlito juga bilang, walau sudah menikah, masing-masing pihak juga boleh tetap menjadi dirinya sendiri. Beri pasangan kita privasi dan kepercayaan, misalnya dengan tidak menanyakan password email atau akun jejaring sosialnya. Hmm.....tapi kalo pin atm kayaknya harus deh ;p Pasangan tidak boleh mengekang. Jangan buat hal2 kecil menjadi pemicu keributan. Gitu katanya.
Gimana menurut teman2?