Saturday, October 1, 2011

Ketika Tanda-Tanda Berbicara

Hey, u! Ketika kamu mengatakan waktuku ga banyak, sebentar lagi ku akan pergi. Kamu tau apa yang ada di pikiranku? Ada hal lain yang mau kamu sampaikan ke aku. Bukan perkara waktu yang utama, tapi perasaanmu kepadaku. Itu intinya.

Ah, aku jadi ingat ponsel mahal yang ada di genggaman tanganku sekarang, jam tangan cantik, tas disain minimalis, gaun pesta yang glamor, dan terakhir mobil sporty kesukaanku. Itu semua bukan perkara bendanya, tapi apa yang ingin kamu sampaikan melaluinya.

Aku sayang kamu, kamu tau itu. Ketika kita tau bahwa kita saling sayang, kita mencoba mengungkapkannya dengan cara yang berbeda-beda. Sebagian melalui kata-kata, sebagian melalui benda-benda, sebagian lagi melalui tanda-tanda. Semua itu mengarahkan kita pada satu kata, sayang.

Tapi, hey, ingatkah kamu beberapa waktu lalu? Kamu marah besar kepadaku. Matamu membelalak, nada suaramu meninggi, kulitmu terlihat memerah, tanganmu mengepal. Kulihat sisi lain dirimu kala itu. Semua itu menandakan satu hal, sifat manusiawi dirimu. Kemarahan yang jarang sekali kulihat itu menandakan dirimu masih normal :)

Kamu menulis ini itu. Bagi orang lain itu bukan sesuatu, tapi aku tau itu lebih dari sesuatu. Ada hal besar ingin kau sampaikan melaluinya. Statusmu, notesmu, puisimu, icon-icon yang kau gunakan, pilihan kata-katamu, susunan kalimatmu, pemisahan paragraf yang kau buat, komentar-komentarmu. Semua itu simbol bagiku.

Sejak hidup kita terdiri dari unsur-unsur kimia, sejak apa yang terjadi di sekeliling kita ada penyebabnya, sejak itu pula kita berbicara melalui bahasa simbol. Segala yang kita lihat, kita dengar, dan kita rasa merupakan tanda. Bahwa ada sesuatu yang lebih dalam daripada kata-kata. Bahwa ada sesuatu yang sangat berharga di sana. Bahwa semuanya merepresentasikan suatu makna.

Akhirnya, simpul-simpul tali yang kau buat pun menjadi tanda bagi kita...... Bahwa kita pernah ada di titik ini, titik ini, dan titik ini. Aku akan buat simpul yang lain, simpul yang mengarahkan kita pada tujuan berikutnya, sebelum akhirnya sampai di tujuan final.

Sebab kita hidup di dunia simbolik .... ^_^

11 comments:

Tarry Kitty said...

Kok cm titik mbak? Ga ada komanya ya? Xixi

al kahfi said...

ya smoga simpul2nya terikat dgn benar sehingga ta terlepas kembali

Dihas Enrico said...

tujuan adalah bagaikan garis yg diawali dengan niat-niat kecil yg bagaikan titik titik yg menghubungkannya....
;)

Nuel Lubis, Author "Misi Terakhir Rafael: Cinta Tak Pernah Pergi Jauh" said...

tapi bagiku itu bukan sekedar simbol semata.... :D

Lidya Fitrian said...

simpulnya jangan diikat terlalu kencang ya mbak, sakit :)

Sarah said...

bahasanya terlalu dalam nih mbak untuk diselami, aku jadi kurang mudeng apa maknanya :D

Adi Yulianto said...

macam gaya bahasanya kayak si bapak yang selalu berkata "salam super..!" :)

makmalf said...

semoga simpulnya tidak sampai kusut. :D

Ajeng Sari Rahayu said...

awalnya bingung ini termasuk cerita atau apa, ternyata tentang kehidupan yang kita jalani ya mbak :)

Millati Indah said...

Yah, hidup ini simbolik, tapi tak mudah menerjemahkan simbol-simbol itu, terutama bagi makhluk yang terbiasa lugas macam saya..

salam kenal :)

Lyliana Thia said...

Ng... aku sedang berusaha mencerna mbak... hihihi...

bahasanya sastra banget... apa akunya aja yg lemot.. hahaha...