Tentang nilai-nilai yang kita tanamkan kepada anak-anak kita. Kadang terasa berat baik buat kita maupun buat mereka, tapi mereka harus mengalaminya, harus mengetahuinya.
Di perayaan Agustusan lalu di lingkungan rukun tetanggarumah kami, Raisha ikutan lomba mindahin air pake sponge dari garis start ke garis finish. Dia dan beberapa anak yang menjadi lawannya dalam lomba itu diberi waktu tertentu untuk bolak balik mencelupkan sponge ke dalam baskom berisi air di garis start, membawanya lari ke garis finish, lalu memeras sponge tersebut ke dalam baskom yang sudah disediakan di situ.
Di perayaan Agustusan lalu di lingkungan rukun tetanggarumah kami, Raisha ikutan lomba mindahin air pake sponge dari garis start ke garis finish. Dia dan beberapa anak yang menjadi lawannya dalam lomba itu diberi waktu tertentu untuk bolak balik mencelupkan sponge ke dalam baskom berisi air di garis start, membawanya lari ke garis finish, lalu memeras sponge tersebut ke dalam baskom yang sudah disediakan di situ.
Di garis start saya berdiri untuk menyemangatinya. Di ujung sana, di garis finish, pengasuhnya berdiri menunggunya datang, juga untuk menyemangatinya. Saya tahu, dia belum mengerti apa maksud lomba itu. Yang dia tahu dia hanya diminta untuk menuruti kata-kata saya. Sebelum mulai saya beri instruksi kepadanya, "Kakak, nanti busanya Kakak masukin ke sini, trus Kakak lari ke Mbak Ci, trus peres begini ya...trus kalo udah, Kakak balik lagi ke Ibu. Ok?"
Pluit tanda dimulainya lomba pun dibunyikan, mulailai Raisha beraksi. Dia lakukan apa yang saya perintahkan tadi. Dia mengerti, alhamdulillah. Yang lucu pas dia lari. Ebal ebol ebal ebol pantatnya megal megol bergoyang karena langkah-langkah kecilnya yang lucu. Bolak-balik, kelelahan, dan.....priiit...terdengar bunyi tanda lomba usai. Setelah dilihat hasilnya....eng ing eng.....ternyata Raisha juara dua!!!! Senangnya. Ini pengalaman menang pertama Raisha.
Pluit tanda dimulainya lomba pun dibunyikan, mulailai Raisha beraksi. Dia lakukan apa yang saya perintahkan tadi. Dia mengerti, alhamdulillah. Yang lucu pas dia lari. Ebal ebol ebal ebol pantatnya megal megol bergoyang karena langkah-langkah kecilnya yang lucu. Bolak-balik, kelelahan, dan.....priiit...terdengar bunyi tanda lomba usai. Setelah dilihat hasilnya....eng ing eng.....ternyata Raisha juara dua!!!! Senangnya. Ini pengalaman menang pertama Raisha.
Lain lagi cerita tentang Agustusan di sekolahnya (Raisha ikut PAUD di TK dekat rumah kami). Lomba yang Raisha ikuti yaitu lomba menempelkan alat indra ke gambar yang disediakan. Di garis start ada gambar-gambar alat indra, lalu digaris finish ada gambar wajah. Raisha harus menempelkan alat-alat indra itu dengan cepat dan tepat. Karena saat itu adalah hari kerja, saya tidak bisa menemaninya, saya hanya titip pesan ke pengasuhnya. "Ci, nanti kamu kasih semangat ke Kakak ya, tapi jangan kamu bantuin nempel-nempel biar dia aja sendiri."
Singkat cerita, Raisha kalah. "Kakak kalah, Bu, temen-temennya pada dibantuin Mbaknya, dibantuin ibunya," kata pengasuh Raisha. Saya cuma bilang, "Ga pa pa ^_^ yang penting dia kerja sendiri." Inilah pengalaman kalah pertama Raisha.
Senang rasanya mengetahui anak kita bisa berkompetisi dan memenangi suatu perlombaan. Berat rasanya menerima kekalahan. Dalam suatu perlombaan, menang atau kalah adalah hal yang biasa. Sama seperti pengalaman Raisha atas dua lomba yang diikutinya, menang kalah adalah biasa.
Saya apresiasi kemenangannya, saya pupuk percaya dirinya, saya puji dia atas keberhasilannya. Dari kekalahannya, saya pun memujinya karena sudah berani bekerja sendiri, menyelesaikan tugasnya sendiri. Dan...tanpa mengurangi rasa hormat saya pada orang tua yang membantu anaknya di perlombaan tersebut, saya hanya ingin menanamkan nilai-nilai sportivitas pada Raisha. Itu saja. Kelak ia akan tahu maknanya.
18 comments:
Satu pelajaran berharga ini mbak, membiarkan mrk bekerja sndr hehe
sejak dari kecil diajarkan menang kalah supaya tau ya mbak
Sepakat mba Rif, seharusnya memang begitu, harus sportif sejak kecil..
menanamkan nilai2 postif secara dini memang jauh lebih hasilnya kelak bagi anak dibandingkan kita berikan saat udah dewasa..karena anak mempunyai daya rekam yang tinggi, walopun belum sepenuhnya paham apa yang ia rekam...
semoga saya bisa lakukan hal yang sama kepada anak2 saya seperti yang mbak lakukan kepada putri2nya :)
yang penting ga maen curang. :D
apa kbr mbak rifka?
hmm, sewaktu masih kecil, saya jg syok bgt kalo kalah, serasa dunia runtuh dan mama cm blg, "lain kali pasti bs menang"
cuma, dulu ortu saya jarang bgt ada di acara perlombaan. jadinya kalo menang atau kalah, cm denger cerita saja, tanpa hadir disitu. sedih deh..
Bukan kalahnya yang dilihat, tapi bagaimana si Raisha menyikapi kekalahannya..dan sikap Mbak Rifka yang memberikan semangat kepada Raisha. Justru, itu yang buat gw Raisha dan Mbak Rifka lah juaranya..:)
Raisha, mengingatkan gw sama penyanyi baru dengan suara emasnya..:) akankah, Raisha akan menjadi seorang penyanyi? #Silet Host Style# :D
emang harus gitu ya mbak, biarlah kalah yang penting ia tetap menang dalam hal sportivitasnya, sukses ya buat Raisha......
wah mbak senang ya punya putri seperti raisha yg aktif dan berani serta tanggap dgn permintaan mbak.memang sejak kecil sbaiknya anak diajarkan nilai2 yg baik seperti sportifitas yaitu berusaha sebaik2nya utk mencapai tujuan dgan usaha sendiri.smoga raisha kelak mnjd anak yg brbakti dn brguna bg ortu,agama & negara.amin.
bener. sportivitas itu penting banget dab harus ditanamkan sejak kecil. langkah bagus nih ikutan lomba dan dibiarkan main sportif =)
kalo aja raisha udah gede, terus baca postingan mbak yang ini, pasti bangga nya kebangetan, punya ibu yg demikian.
======================
15 tahun kemudian....
"Halo raisha, ada aa jin disini"
wkwkwkw.
Tarry: iya, buat nambah bekalmu nanti kalo udah punya anak ya...
Lidya: iya, Mbak, kita harus ngasih anak2 kita berbagai pengalaman. pasti Mbak Lidya jg gitu kan?
Orin: moga ga cuma di saat kecil, tapi sampe dewasa. amiin.
Todi: pasti bisa, Mas, saya percaya!
Nuel: tul!!!
Meutia: alhamdulillah, baik. Wah...aku seperti diingatkan nih. aku kan jg ibu bekerja...bakal banyak melewatkan momen2 kayak gitu. hiks...
Chimenk: halah, susah sih kalo orang demen gosip.
nurlailazahra: makasih ya supportnya...
al kahfi: amiin...amiin...amiin ya rabbal 'alamiin.
rahma: ^_^
Jin Kinjeng: Hallo A, bisa menghilang dong? kan Jin? hee.... ;p
hihihi lucu Raisha... selamat ya udah menang lomba spongebob... ^_^
aku juga mbak, pernah vania lomba menggambar, tapi krn dia didalam kelas dan aku nggak ikut masuk, aku menyemangati dia hanya dgn jempol dan senyuman...
hasilnya kalah dong, krn yg laen, mbak2nya yg gambar, kebanyakan masuk ke dalam kelas... hehe....
tapi yg penting diapresiasi ya mbak atas kerjanya... ^_^
salam buat Raisha... :-D
iya ya,..pelajaran penting yang ga mungkin diperoleh di sekolah..dan anak2 hsrus mengalami itu semua sebagai bekal di waktu yg tak bisa ditebak :)
wahh mba keren^^
emang anak kecil kucu diajarin dari kecil untuk berkompetis^^
biar terbiasa bersaing sehat ampe dia besar ^^
yup, bener banget mbak,dari kecil emang udah seharusnya anak2 diajarkan bukan hanya tentang manisnya menang, tapi juga pahitnya kalah, supaya mental mereka bukan hanya mental kesatria yang berani berjuang untuk menang, tapi juga bermental baja, siap lapang dada ktika kalah melanda...hehhehe
bnr bgt, kita hrs tanamkan pelajaran itu ke anak2 kita, bahwa menang dan kalah jgn terlalu dipikirkan, yg penting hasil kerja keras sendiri.
ane setuju dengan Penghuni 60, tapi lebih baik didik hasil kerja keras bersama daripada sendiri.
Post a Comment