Tentang perjalanan kami menuju Taman Wisata Matahari, Puncak.
Done,
mudah2an ga ada yang ketinggalan. "Yuk, jalan!" Kata saya kepada
"pasukan." Setengah tujuh lewat dikit waktu kami berangkat dan itu udah
telat 1.5 jam dari rencana keberangkatan awal. Penyebabnya siapa lagi?
Udah ketebak, itu karena saya telat bangun :)
Dua jam
kemudian kami udah ada di tol, berbaris, mengular, mengantri, dan
menanti jalur dibuka kembali. Ya, pas kami baru aja masuk tol jalan
memang udah tersendat-sendat. Beberapa mobil malah putar balik mengubah
haluan, mungkin mereka lewat ciawi, pikir kami. Dari info penyiar di
radio yang selalu melaporkan kondisi lalu lintas kami tau bahwa jalur
ini, arah puncak, baru aja ditutup 15 menit lalu. Masih 45 menit lagi
kami harus berdiam di sini.
Ada banyak orang berdiri di
tengah-tengah jalur ini. Mereka mengacungkan jari telunjuk mereka,
mengintip ke dalam satu per satu mobil, menawarkan jasa mereka untuk
menjadi petunjuk jalan jalur alternatif. Tapi hey, sepanjang penglihatan
mata saya, ga ada satu pun orang yang make jasa mereka. Well, that's
life....
Juga, ada banyak orang duduk di tengah-tengah
jalur ini. Mereka membuka telapak tangannya selebar mungkin,
menengadahkannya, mengarahkannya ke mobil-mobil yang melalui mereka.
Tapi hey, hanya sedikit saja orang yang memberi receh untuk mereka.
Life....
Banyak juga orang yang mengasongkan dan mengusung
dagangan. Kacang rebus, pizza, gemblong, tahu Sumedang, manisan buah,
air mineral, permen, rokok, tisue, mainan anak-anak, kipas tangan, ya,
itu semua. Tapi hey, keringat yang mereka kucurkan masih lebih banyak
dari uang yang mereka dapatkan. Yeah, this is life....
No comments:
Post a Comment