Scene 8:
Raisha dan Raihana baru saja tidur. Sepuluh menit menuju setengah sepuluh malam. Kemarin malam, si adik Oshin (Raihana) bahkan baru tidur menjelang pukul sebelas. Hal yang selalu terjadi kalau akhir pekan atau libur atau kalau saya cuti. Sudah bisa dipastikan tidur siang mereka sedikit dan malam pun mereka tidur larut, lewat dari waktu biasa mereka tidur. Ya, kalau hari kerja, pukul tujuh empat lima saya sampai di tumah, mereka sudah terlelap. Anak-anak, mereka berusaha mendapatkan perhatian orangtuanya semaksimal mungkin dan untuk ibu-ibu bekerja seperti saya, perhatian maksimal yang bisa kami berikan ya di akhir pekan. Benar, itu konsekuensi saya yang memilih bekerja di luar rumah.
Scene 9:
Siang ini ketika anak-anak tidur, saya ke dapur. Memperhatikan kondisi dapur, mengecek persediaan logistik seperti minyak, terigu, mie, gula, kopi, dan kawan-kawannya, memeriksa penghuni kulkas, dan memperhatikan detil peralatan dapur saya. Huh, lagi-lagi saya harus menarik napas panjang, saya lihat sodet saya belum bersih dicuci oleh si mbak. Ini bukan kali pertama. Susah sekali menanamkan sense of belongingness kepada mereka; dua pembantu saya yang sekarang. Alih-alih menunjukkan sodet itu ke mereka, saya lebih memilih membersihkannya sendiri. Sekali, dulu, saya pernah punya pembantu yang resik (bersih), dia cepat menikah. Satu setengah tahun dia ikut saya dan kini sudah menjadi istri pengusaha warteg.
Scene 10:
Mundur ke sesi tadi pagi, sesi rutin saya belanja mingguan di pasar. Tidak ada yang istimewa pagi tadi. Hanya kesan yang sama setiap minggu, selalu ada saja kebutuhan dapur yang naik harganya. Enjoy aja :)
Scene 11:
Kemarin siang sampai sore saya sendiri. Tiga rekan saya yang satu ruangan keluar kantor. Seperti biasa, kalau sendiri, kadang saya setel lagu-lagu yang ada di PC saya, sekadar membuat suasana tidak sunyi. Ketika sedang asyik saya bekerja dengan data-data, diiringi musik Mr. Big, masuklah juragan kantor ini, menyapa say, "Rifka San", lalu duduk di kursi yang disediakan di depan meja saya, mengajak berdiskusi tentang satu hal. Hilanglah sudah kenikmatan sejenak mendengarkan Mr. Big melantunkan "Nothing but Love", berganti suara merdu sang juragan menyajikan satu topik diskusi yang cukup. Cukup apa silakan Anda lanjutkan sendiri. Setelah sekitar duapuluh menit kami berbincang, keluarlah dia dari ruangan ini. Lalu saya berdiri, memandang ke luar jendela. Pukul setengah enam, lalu lintas padat merayap. Langit belum gelap, masih ada lembayung mega terlihat. Benar-benar sore yang indah.
10 comments:
cukup membuat pusing? cukup berkesan? atau cukup banyak? ahahahahah ;p yang kalo bos yang ngomong sih jatohnya cukup cukup ajalah ;D
Ata: Ta, catatan ini kudedikasikan untukmu loh. Soale aku disuruh update siy. Makasih ya. Sebenernya pengen panjang2 nulisnya, ada beberapa scene lagi, tapi berhubung modem lg ngadat dan ini OL di hape, jadinya cuma dikit. Ya, cukuplah =p
pegel gak mbak update blog lewat hape? :)
namanya ibu-ibu nggak jauh-jauh dari minyak goreng dan sembako yah mba? :P
Kamu ketemu Mister mbak??,.. hayoongomongin apaaaaa????? #die to know
ini posting lewat hape? wuih mantaf!
Chimenk: banget, toots di BB kan kecil2 tuch, musti ati2, takut salah pencet, tar bisa beda arti. trus yg diketik pengennya banyak, lima hari ga update gitu loh (rajin banget si ata ngitungin ya?), otomatis banyak scene yg belum ketulis. hadoh, ni komen jadi panjang gini?
Gaphe: iya, mister nyamperin aku, ngomongin soal b*nus, pake bahasa inggris pulak (untung ga pake bahasa jepang), itung2an, rumus2an, hadoh...aku mending pilih denger mr.Big deh!
Sukra: hihiii...mantaf ya?
wew, ibu2 selalu ngecek dapur. saya jg suka gitu pas wiken, ngecek cemilan dan isi kulkas. hehehe
aihhhh bisa bljr jadi ibu2 nih ,,hehe salam,,
Posting lewat HP? O.o
HAHAHAHAHA
Ibu memang hebat! :D
Felicia: makasih...makasih....^_^
Post a Comment