Kemarin saya bertemu (meeting) dengan beberapa orang dari sebuah agensi periklanan. Kami membicarakan rencana peluncuran program baru dari perusahaan tempat saya bekerja. Peserta meeting kali ini ada delapan orang, yang terdiri dari tiga kewarganegaraan yaitu Indonesia, Jepang, dan Korea. Selama dua jam meeting tersebut kami menggunakan tiga bahasa yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Bahasa Korea. Lucunya, tidak ada masalah ketika kami menggunakan Bahasa Inggris dan Bahasa Korea. Masalah justru muncul ketika diskusi berjalan dengan menggunakan Bahasa Indonesia.
Suatu ketika, salah seorang perwakilan agensi tersebut berkata, "Kita yang akan menyiapkan materinya". Seketika itu juga atasan saya yang berkewarganegaraan Korea bertanya, "Kita atau kami?" Lalu perwakilan agensi tadi menjawab, "Kita", sambil menunjuk dirinya dan rekan-rekannya. Saya lihat atasan saya mengernyitkan dahi dan menoleh ke arah saya yang duduk di sebelah kirinya. Saya tahu, itu artinya dia tidak mengerti. "Mereka (sambil menyebutkan nama agensi tersebut) yang akan menyiapkan ini, Pak", kata saya. Atasan saya pun bergumam, "Aaah...maksudnya kami". Saya mengangguk, membenarkan ucapannya.
Beberapa tahun belakangan ini banyak sekali saya dapati penggunaan kata "Kita" yang tidak tepat. Sekadar mengingatkan bahwa "Kami" digunakan ketika lawan bicara tidak termasuk dalam kumpulan orang yang dimaksud, sedangkan "Kita" digunakan ketika lawan bicara termasuk dalam kumpulan orang yang dimaksud. Untuk contoh yang saya ceritakan di paragraf di atas, yang benar adalah, "Kami yang akan menyiapkan materinya", karena yang dimaksud oleh perwakilan agensi tersebut adalah dirinya dan rekan-rekannya. Kami sebagai klien tidak termasuk ke dalam pihak yang akan menyiapkan materi tersebut.
Atasan saya dan rekan-rekannya adalah orang asing. Mereka mempelajari bahasa kita, mereka pula yang mengoreksi kesalahan kita. Seharusnya kita malu. Kesalahan semacam ini banyak sekali terjadi, tidak hanya di kalangan eksekutif, di kalangan umum, artis, pemerintahan, bahkan media pun sering melakukan kesalahan ini. Menurut saya, sangat mudah untuk kita mempraktikkan penggunaan dua kata tersebut dengan benar. Jangan sampai orang-orang asing itu yang menegur kita, mengoreksi penggunaan Bahasa Indonesia kita. Malu kan?
Semoga bermanfaat.