Di suatu sesi chat bersama seorang teman kuliah, saya ditanya, "apa yang membuat saya suka menulis?" Saya jawab, "Mata kuliah psikodiagnostika." Ya, di strata satu, ada sembilan mata kuliah psikodiagnostika yang kami pelajari, dengan beban SKS yang berbeda-beda. Mata kuliah itu menuntut kami untuk membuat laporan tentang hasil observasi dan analisa kami tentang suatu obyek atau subyek yang jadi bahan penelitian kami. Sepertinya kami benar-benar ditempa untuk bisa membuat laporan yang "Pas." Pas artinya sesuai dengan tujuan mata kuliah itu, sesuai dengan kaidah-kadiah penulisan laporan psikologi, sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia, dan mungkin pas dengan selera dosen (hoho...yang satu ini tidak koq).
Biasanya, salah bahasa sedikit saja, kami diminta untuk memperbaiki. Pemilihan kata yang kurang tepat bisa menimbulkan arti yang berbeda, sehingga khawatir akan diterjemahkan berbeda dengan siapapin yang membaca laporan kami. Yah...saking ketatnya hal seperti ini diberlakukan di kampus kami, sampai-sampai seorang teman yang kebetulan istrinya kuliah di tempat yang sama dengan saya mengatakan tidak habis pikir mengapa dosen-dosen kami memperlakukan kami seperti itu. Hmm...pasti ada maksudnya ya. Maksudnya antara lain melatih kepekaan kami akan rasa bahasa, bahwa setiap kata punya makna sendiri yang bisa diterjemahkan berbeda oleh setiap individu yang membaca. Untuk itu, perlu kehati-hatian dalam memilih kosa kata yang akan ditulis di laporan atau yang akan disampaikan ke klien, agar tidak terjadi salah interpretasi. Karena, setiap kalimat yang tertulis sangat berarti bagi kami dan klien. Itu pula sebabnya laporan-laporan kami bersifat konfidensial.
Kebiasaan kuliah ini terbawa sampai saya bekerja. Sampai-sampai oleh beberapa teman saya disebut polisi spelling. Sebagai polisi spelling biasanya saya mengedit beberapa tulisan. Ada-ada saja, padahal, tidak ada yang sempurna kan ya? Saya juga bisa salah. Tapi itulah, setiap orang punya keunikan, peran, dan keunggulan masing-masing. Kebetulan saja saya di antara teman-teman menjadi polisi spelling. Jadi, hati-hati ya...kalau ada salah kata, nanti saya tilang lho! ^_^
2 comments:
Memang salah peletakan titik koma, dan penggunaan vocab yang kurang pas memang bisa membuat ambigu bagi para pembacanya. Seperti :
Makan jambu monyet!.
Makan jambu, monyet!.
Kata sama, beda koma, makna beda.
betul betul betul... mang paling sebel kalo lihat tulisan "rumah ini dikontrakan" atau "mobil ini di jual" :p
Post a Comment