Beberapa tahun lalu, saya pernah mengikuti kompetisi menulis yang hadiahnya adalah dua minggu summer camp di salah satu kampus di Belanda. Siapa sih yang ga tertarik dengan iming-iming hadiah ini? Saya tertarik banget dan ikutlah saya berpartisipasi dalam kompetisi itu. Dua kali ikut, dua kali gagal haha...mau ikut lagi untuk ketiga kalinya, umur saya udah lewat batas maksimum kepesertaan. Yo wis, mundur lah saya....
Mimpi memenangi kompetisi itu emang cuma tinggal mimpi, tapi mimpi saya pergi ke Belanda, udah jadi kenyataan. Alhamdulillah, Juni lalu, bareng teman2 sekantor, saya pergi ke negerinya Ratu Beatrix itu. Cuma beberapa hari memang, tapi sangat berkesan. Setelah menempuh perjalanan panjang yang tentunya bikin pegel, akhirnya saya pun menginjakkan kaki di Bandar Udara Schiphol. Yihaa!!! Mimpi saya terwujud! Well, yes, terkadang mimpi kita jadi nyata dengan cara yang tidak terduga, juga di saat yang kita ga pernah nyangka.
Di Belanda, sebenarnya, salah satu tempat yang pengen banget saya kunjungi adalah Keukenhof - The Garden of Europe, taman bunga terbesar di dunia. Setidaknya ada sekitar tujuh juta bunga ditanam di taman ini. Tujuh juta bunga! Wow! Pasti bagus banget. Setiap tahun, taman ini dibuka untuk umum mulai pertengahan Maret sampai dengan pertengahan Mei. Karena saya datang di bulan Juni, dapat dipastikan saya hanya bisa gigit jari ;( Buat menghibur diri, saya liat-liat aja pajangan bunga tulip yang ada di House of Tulips di bandara ;) Kenapa tulip? Karena Belanda terkenal dengan tulipnya.
Waktu itu, di dalam bandara sih suhunya biasa-biasa aja. Saya ga kedinginan, ga juga kepanasan. Tour guide ngingetin kami untuk ngeluarin jaket tebal, karena (katanya) di luar udaranya dingin dan anginnya kencang. Bener aja, pas keluar, brrr....dingin banget. Setelah keluar bandara, kami dikasih waktu buat foto-foto di ikon kota Amsterdam yang ini nih:
Setelah itu, kami dipersilakan masuk bus untuk selanjutnya ngikutin rangkaian tur. Malamnya, seperti biasa, saya dan beberapa teman keluar untuk sekadar cari angin. Berbekal jaket tebal dan tidak lupa uang Euro, kami siap liat-liat kota Amsterdam ini. Niat cari angin sepertinya bener2 kami dapat karena udara siang yang dingin tadi, ternyata tambah menusuk di malam hari. Dingiiiinnnnn banget, butuh sesuatu yang hangat. Muter-muter-muter, kami liat ada beberapa toko makanan buka, kami cari yang halal dan nemulah ini:
Kami pesan dua loyang pizza untuk delapan orang. Si penjual pizza ini ga terlalu bisa bahasa Inggris, jadi ya...selain ngomong, kami juga sedikit pake bahasa isyarat. Sepertinya dia bingung kenapa kami cuma pesen 2 loyang, padahal kami berdelapan. Mungkin menurut dia segitu tuh ga bakalan cukup. Kami bilang, kami mau liat dulu sebesar apa pizzanya dan ternyata besar koq! Dua loyang bener-bener cukup untuk berdelapan. Cukup untuk ganjel perut dan cukup irit hahahaa... nih dia pizzanya:
Oya, saya belum cerita gimana kami bisa sampai ke tengah kota ini. Dari hotel yang jaraknya lumayan jauh, kami naik shuttle bus, turun di bandara yang tadi, Schiphol. Dari situ, kami lanjut naik kereta ke Amsterdam Centraal. Di situ kami sempet foto-foto dulu, jalan-jalan, sebelum akhirnya memutuskan untuk makan pizza itu. Kenapa naik kereta? Salah satu hal wajib yang harus dilakukan ketika kita jalan-jalan ke tempat asing adalah nyobain alat transportasinya. Itulah alasan saya.
Di Amsterdam, ada satu area yang namanya Dam Square. Boleh dibilang, Dam Square ini tengah-tengahnya Kota Amsterdam. Ada banyak hal yang bisa kita lihat dan kita kunjungin di sini; restoran, toko cinderamata, Royal Palace, Madame Tussauds, dan lain-lain. Ketika sampai di sini, saya dan beberapa teman memilih keliling Dam Square dengan naik delman. Liat deh foto di bawah, kudanya keren banget kan? Gagah banget!
Si kusir delman menyediakan beberapa paket tur kecil, misalnya sekian euro untuk sekian menit. Nah, masalahnya, saya lupa kami ambil paket yang berapa menit. Kalo ga salah kami ambil paket yang tengah-tengah deh, yang ga terlalu sebentar, ga juga terlalu lama. Seperti biasa, patungan ;p Salah satu tempat yang nyesel banget ga saya kunjungin di Amsterdam ini adalah Anne Frank House ;(( huuu...hiks...hiks... Pengen mampir tapi antrian masuknya masya Allah....mengular! ga deh, ga bakalan sempet. Mudah-mudahan lain kali saya bisa ke sini, amiin.
Oya, terus kami jalan-jalan dan jalan-jalan lagi sampe akhirnya nemu jajanan ini:
Yup, bener, kentang goreng. Kentang goreng yang satu ini istimewa lho karena penjualnya ganteng banget ;) teman saya sampe kesengsem ngeliatnya haha. Jadi ceritanya, sepanjang jalan di Dam Square ini, kami liat banyak orang nenteng bungkusan kentang goreng ini. Ada yang makan sambil jalan, ada jg beberapa orang yang berhenti di suatu tempat dan menyantap kentang ini dengan nikmatnya. Sumpah, ngiler banget deh ngeliatnya, kabita.
Foto di bawah ini adalah kios tempat kami beli kentang goreng itu. Kentang gorengnya besar-besar, empuk, dan mereka menyediakan beberapa macam saus sebagai pelengkap. Mereka jual paket small, medium, dan large, semuanya tanpa saus karena setiap saus ada harganya sendiri. Kami pilih saus pedas (nama aslinya saya lupa). Kentang kami habis dalam sekejap. Enak sih, rekomen deh kalo kalian berkunjung ke Amsterdam.
Sebenernya masih ada baaaaanyak cerita tentang Amsterdam, tapi baiklah, saya tutup postingan ini dengan sedikit cerita tentang red light district. Simple aja, red light district adalah suatu area tempat segala bentuk prostitusi dilegalkan di Belanda. Di sini, ada banyak sekali 'toko' yang memajang perempuan-perempuan pekerja seks di etalasenya. Di sana, pekerja seks juga merupakan satu profesi lho...mereka juga bayar pajak ke pemerintahan sana. Etalase-etalase itu memang sengaja disewakan untuk mereka. Jika ada yang tertarik, boleh langsung melakukan transaksi di situ. Di area ini juga banyak toko yang menjual (maaf) sex toys dan ada juga pertunjukkan sex 'live' termasuk dengan teman sejenis. Naudzubillah.