Tuesday, December 31, 2013

Catatan Perjalanan Terakhir

Ini catatan terakhir yang saya buat di tahun 2013. Setelah saya berhasil melalui tahun 2012, maka setengah dari tahun ini saya benar-benar ditempa di segala aspek dalam kehidupan profesional saya. Ga kurang sisi emosional saya juga terkuras menghadapi berbagai situasi sulit, hingga akhirnya saya menemukan titik balik. Berat memang, tapi saya bersyukur mengalami itu semua. Saya pikir, saya menjadi lebih kuat sekarang. 

Sebentar lagi tahun 2013 akan bergulir, berganti menjadi tahun 2014. Ga ada lain yang saya harapkan di tahun depan selain saya menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih kuat lagi karena tempaan tidak akan pernah berhenti, hanya bentuknya saja yang berbeda. Bukan hanya di kehidupan profesional saya, tapi juga di segala hal. 

Selama kita hidup, selama itu juga kita harus berjuang. Itu yang akan saya tanamkan ke anak-anak saya. Bahwa mereka harus kuat, tidak mudah menyerah. Lalu ada saatnya juga ketika kita harus mengalah atau mundur, tapi jika itu terjadi, maka lakukanlah dengan jiwa besar dan lapang dada. Kita akan menjadi besar kalau kita berjiwa besar. Kita akan tetap kerdil kalau kita terus berlaku dengan jiwa kerdil. 

Baik dan buruk, kita semua akan mengalami itu dan akan terus menemui itu sepanjang hayat kita. Jangan takut karena Allah bersama kita.



Friday, December 27, 2013

Tentang Kecelakaan di Palembang Desember Ini


Siapa sangka, dering telepon menjelang pukul empat pagi itu ternyata membawa kabar tentang kecelakaan yang dialami adik saya dalam perjalanannya dari Musi Rawas menuju Palembang. Saya pun hanya ingin berlari menembus fajar ke tempat adik saya berada.
***

Tidak ada yang bisa saya lakukan selain berdoa dan terus memantau kondisi adik saya lewat ponsel. Kengerian pun bertambah ketika saya membaca berita tentang kecelakaan ini di internet.



http://nasional.news.viva.co.id/news/read/467190-kecelakaan-di-banyuasin--sopir-tewas-jurnalis-republika-luka-parah



Alhamdulillah, hanya karena perlindungan Allah adik saya selamat. Meski ada sedikit trauma di kepala, tapi dapat dikatakan luka yang dialaminya adalah yang paling ringan di antara rekan-rekannya yang berada dalam mobil tersebut.Alhamdulillah....tak henti-henti saya bersyukur. Saya pun langsung memeluknya erat ketika akhirnya kami bertemu di Jakarta.
***

Mungkin sebagian besar orang berpikir, sopir yang membawa adik saya dan dua rekannya ini sebelumnya mengendarai mobil dalam keadaan mengantuk, sehingga ia membawa mobil keluar jalur dan akhirnya bertabrakan dengan truk. Tapi, adik saya berpikir, mungkin bapak ini dalam keadaan sakratul maut dan sedang kesakitan, sehingga ia tidak bisa mengendalikan mobilnya sampai terjadilah kecelakaan ini. Wallahu a'lam.
***

untuk Nadia...




Thursday, December 12, 2013

Nomor Email Ibu Berapa?

Slurup...slurup...teh tubruk hangat kalau lagi sakit perut begini terasa sangat enak. Duduk leyeh-leyeh di depan tv sambil menikmati tayangan random, cuma biar ga ketinggalan informasi aja. Tiba-tiba, terngiang-ngiang di telinga saya percakapan saya siang kemarin dengan seorang petugas salah satu instansi pemerintahan. 

Kriing..telepon di meja saya berbunyi.
"Bla bla bla selamat siang," sapa saya.
"Selamat siang, Bu, saya bla bla bla dari kantor bla bla bla mau memberi undangan seminar bla bla bla. Saya kirim lewat fakx dulu ya, Bu, aslinya menyusul," begitu kata bapak petugas salah satu instansi pemerintahan tersebut.
Lalu saya jawab, "Tolong kirim email aja, Pak, biar langsung saya terima."
Dengan sigapnya bapak tadi menjawab, "Oh, baik, Bu, nomor email Ibu berapa?"
Tanpa panjang lebar saya pun berkata, "Kirim faks aja gpp, Pak (sambil tepok jidat)."

Silakan ambil kesimpulan sendiri.

Thursday, December 5, 2013

...dari Merapi...


Alam selalu member inspirasi. Lewat Merapi, sudah banyak gambar dan tulisan dihasilkan oleh kita semua. Tahun 2010 lalu, ketika Merapi beraksi, saya hanya bisa menyaksikannya lewat televisi dan media online, namun awal bulan lalu, saya berkesempatan melihat Merapi dari dekat .


Alam selalu membuat saya kagum akan Sang Pencipta. Megahnya Merapi membuat saya ciut dan menyadari betapa agungnya Dia.


Menjejakkan kaki di titik awal wisata Merapi memutar memori saya ke tiga tahun lalu ketiga semua media meliput aktivitas Merapi ini. Membuka album foto di benak saya hingga terlihat mereka yang berlari menuju titik yang aman. Ada yang menggendong bayinya, menuntun sapinya, membawa hartanya, atau hanya sendiri menangis meninggalkan tanah yang sudah didiaminya sekian lama.


Meski kehidupan Merapi sudah bangkit lagi, tapi masih terlihat dengan jelas sungai di sana berisi pasir dan batu. 

Rumah di sana menjadi gudang debu. Harta-harta di sana menjadi benda-benda museum.



Namun semangat hidup mereka yang tertimpa bencana tidak pernah surut. Selalu ada hikmah di setiap kejadian.


Maka bersyukurlah....

#Merapi Volcano Tour, November 2013