Thursday, September 19, 2013

Koreksi Bahasa dari Orang Asing, Seharusnya Kita Malu

Kemarin saya bertemu (meeting) dengan beberapa orang dari sebuah agensi periklanan. Kami membicarakan rencana peluncuran program baru dari perusahaan tempat saya bekerja. Peserta meeting kali ini ada delapan orang, yang terdiri dari tiga kewarganegaraan yaitu Indonesia, Jepang, dan Korea. Selama dua jam meeting tersebut kami menggunakan tiga bahasa yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Bahasa Korea. Lucunya, tidak ada masalah ketika kami menggunakan Bahasa Inggris dan Bahasa Korea. Masalah justru muncul ketika diskusi berjalan dengan menggunakan Bahasa Indonesia.

Suatu ketika, salah seorang perwakilan agensi tersebut berkata, "Kita yang akan menyiapkan materinya". Seketika itu juga atasan saya yang berkewarganegaraan Korea bertanya, "Kita atau kami?" Lalu perwakilan agensi tadi menjawab, "Kita", sambil menunjuk dirinya dan rekan-rekannya. Saya lihat atasan saya mengernyitkan dahi dan menoleh ke arah saya yang duduk di sebelah kirinya. Saya tahu, itu artinya dia tidak mengerti. "Mereka (sambil menyebutkan nama agensi tersebut) yang akan menyiapkan ini, Pak", kata saya. Atasan saya pun bergumam, "Aaah...maksudnya kami". Saya mengangguk, membenarkan ucapannya.

Beberapa tahun belakangan ini banyak sekali saya dapati penggunaan kata "Kita" yang tidak tepat. Sekadar mengingatkan bahwa "Kami" digunakan ketika lawan bicara tidak termasuk dalam kumpulan orang yang dimaksud, sedangkan "Kita" digunakan ketika lawan bicara termasuk dalam kumpulan orang yang dimaksud. Untuk contoh yang saya ceritakan di paragraf di atas, yang benar adalah, "Kami yang akan menyiapkan materinya", karena yang dimaksud oleh perwakilan agensi tersebut adalah dirinya dan rekan-rekannya. Kami sebagai klien tidak termasuk ke dalam pihak yang akan menyiapkan materi tersebut. 

Atasan saya dan rekan-rekannya adalah orang asing. Mereka mempelajari bahasa kita, mereka pula yang mengoreksi kesalahan kita. Seharusnya kita malu. Kesalahan semacam ini banyak sekali terjadi, tidak hanya di kalangan eksekutif, di kalangan umum, artis, pemerintahan, bahkan media pun sering melakukan kesalahan ini. Menurut saya, sangat mudah untuk kita mempraktikkan penggunaan dua kata tersebut dengan benar. Jangan sampai orang-orang asing itu yang menegur kita, mengoreksi penggunaan Bahasa Indonesia kita. Malu kan?

Semoga bermanfaat.

Monday, September 16, 2013

Versailles, Saya Datang!



Versailles menjadi satu hal yang paling berkesan dari acara jalan-jalan saya ke Paris bulan Juni lalu. Gimana nggak, semua yang saya lihat di sana bener-bener memikat mata dan hati untuk pengen balik lagi ke sana. Terdengar lebay? Atau norak? Gapapa deh, itu semua karena saya memang seneng banget jalan-jalan ke sana.


Disambut kilauan gerbang emas, lahan yang super duper luas, dan cuaca yang pas banget panasnya, membuat saya ingin menghabiskan waktu yang lama di sini. Kalau yang belum tau Versailles itu apa, silakan aja cek di sini , saya ga akan menceritakan detail tentang tempat ini. Saya cuma mau bilang, tempat ini bisa jadi rekomendasi teman-teman kalau berkunjung ke Perancis nanti.


Istananya, tamannya, benda-benda seninya, kanalnya, wah...semuanya membuat saya kagum.Saya kasih liat ya beberapa gambar yang saya ambil.


Tiga foto di atas adalah foto dua sudut istana peninggalan Raja Louis XIV. Pembangunan lingkungan istana ini sebenarnya dimulai sejak jaman pemerintahan Raja Louis XIII, tapi kemudian secara bertahap diperluas dan dikembangkan oleh pemerintahan-pemerintahan berikutnya. Konon, ada 700 kamar dan 2.153 jendela di kompleks istana ini.

Pose di salah satu dari 2.153 jendela di Istana Versailles
Kalau teman-teman menginap di Paris dan ingin berkunjung ke sini, saya sarankan untuk merencanakan perjalanan ini dengan matang dan tentunya berangkat pagi2 karena Versailles ini merupakan suburban kota Paris dan letaknya cukup jauh dari Paris. Biar seru, mendingan ke sananya naik kereta :)Terus, karena areal istana ini sangat luas, mendingan tentukan dari awal, titik-titik mana saja yang mau dikunjungi, biar ga buang2 waktu, karena seharian ga bakal cukup buat ngelilingin komplek ini.

Menuju Versailles, pose sebelum kereta datang.
Kalau ga berangkat pagi2, teman2 bisa masuk di antrian yang mengular, luar biasa panjangnya. Walau sudah terik, sebenarnya kami sampai di sini masih pagi, waktu itu suasananya masih seperti ini (liat gambar di bawah), belum banyak orang ngantri untuk masuk ke komplek istana.

Tapi, karena saya dan teman-teman kelamaan foto-foto di luar, jadilah kami masuk antrian yang mengular itu; berdiri dan payungan. Oya, jangan lupa bawa payung dan air mineral ya kalau jalan-jalan ke sini!


Masuk ke bagian dalam istana, ada banyak patung, lukisan, dan ukiran yang dipajang di sana. Konon, ada 2.102 patung, 6.123 lukisan, dan 15.034 ukiran. Satu kesamaan dari semua patung yang ada di sana adalah pada ekspresi wajah patung-patung tersebut; suram. Ga tau juga deh, mungkin itu merepresentasikan sesuatu? Labil ekonomi mungkin? Atau konspirasi hati? hehehe...mungkin malah konspirasi kemakmuran ya? *gaknyambung.


 
Berteduh di bawah patung.
Karena saya suka banget ngeliat taman-taman yang indah, jadinya, dari semua hal yang saya liat di Versailles, yang paling saya suka ya udah pasti, tamannya. Luaaaaaaaasssss banget!



Kapan2 pengen piknik ke sana. Tiduran di rumput, lari-lari di labirin tamannya, gelar tiker piknik, dan botram ^_^